Skip to main content

Lansia Tidak Terselamatkan dari Permusuhan di Israel/Palestina

Para Sandera Lansia Israel dan Penduduk Lansia Gaza Dibombardir dengan Risiko Tersendiri

 

Para warga Palestina membantu seorang pria lanjut usia yang terluka menyusul serangan udara Israel semalaman di kamp pengungsi Rafah di Gaza, 25 Oktober 2023. © 2023 Abed Rahim Khatib/picture-alliance/dpa/AP Photo

Bulan lalu telah menjadi mimpi buruk bagi warga sipil Israel dan Palestina, termasuk para lansia.

Sekitar 1.400 orang di Israel telah terbunuh dan lebih dari 240 disandera sejak 7 Oktober, menurut pemerintah Israel. Old Lives Matter, sebuah proyek Universitas Haifa, melaporkan bahwa lebih dari 110 lansia tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober. Sejumlah warga lain selamat dari serangan itu tetapi kehilangan anggota keluarga atau pengasuh.

Meski mereka telah membebaskan Nurit Cooper (79), dan Yocheved Lifshitz (85), pada 23 Oktober, kelompok-kelompok bersenjata Palestina masih menyandera sejumlah lansia lainnya, termasuk para penyintas Holocaust, penderita demensia, dan aktivis perdamaian.

Chanan dan Edna Cohen, memegang potret saudara perempuannya, Margalit Moses (77), dan suaminya, Gadi Moses (79) di rumah keluarga mereka di Lakhish, Israel, 30 Oktober 2023. Pasangan lansia itu diculik oleh para militan pimpinan Hamas dari rumah mereka di kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober 2023. © 2023 Ohad Zwigenberg/AP Photo

Setidaknya ada 35 lansia masih disandera atau hilang, menurut Forum Sandera dan Keluarga Hilang. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mendesak agar mereka diberi akses ke para sandera, yang semestinya diberikan berdasarkan hukum internasional, tapi mereka yang membutuhkan pengobatan dan perawatan mungkin tidak mendapatkannya.

Penyanderaan dan pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil Israel oleh Hamas dan berbagai kelompok bersenjata lainnya adalah kejahatan perang.

Para lanisa di Gaza juga tidak terselamatkan. Lebih dari 10.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, termasuk sebanyak 667 lansia, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Di tengah pengeboman tanpa henti yang telah meratakan seluruh blok menjadi puing-puing, otoritas Israel telah memerintahkan lebih dari 1 juta orang untuk mengungsi dari Gaza utara. Tetapi bagi banyak lansia, evakuasi itu tak lain sebuah kemustahilan. Mereka yang mengungsi itu menghadapi kesulitan tersendiri, termasuk akses ke obat-obatan.

Hukuman kolektif yang diberlakukan Israel terhadap penduduk Gaza dengan memotong pasokan makanan, air, listrik, dan bahan bakar, serta dengan sengaja memblokir bantuan kemanusiaan, yang merupakan kejahatan perang, memperburuk situasi yang sudah mengerikan bagi para lansia yang terjebak di Jalur Gaza.

Penutupan Gaza selama 16 tahun secara tidak sah oleh Israel, yang tak lain adalah bagian dari kejahatan terhadap kemanusiaan apartheid dan penganiayaan yang Israel lakukan terhadap orang-orang Palestina, telah lama merugikan kalangan lansia. Pada 2021, HelpAge International menemukan bahwa 80 persen  dari orang-orang yang disurvei di Gaza membutuhkan bantuan medis dan 78 persen merasa cemas nyaris sepanjang waktu.

Hukum humaniter internasional menjamin penghormatan dan perlindungan khusus kepada para lansia, yang dapat mengalami peningkatan risiko cedera dan pelanggaran dalam konflik bersenjata. Pihak-pihak yang berkonflik seharusnya mengatur agar para lansia dapat dipindahkan dengan aman dari daerah-daerah yang dikepung atau terisolir.

Semestinya Hamas dan Jihad Islam segera membebaskan semua warga sipil yang ditahan, termasuk para sandera lansia, dan Israel seyogianya menghentikan serangan yang melanggar hukum, memulihkan air dan listrik, dan mengizinkan masuknya bantuan, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan ke Gaza.

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.