Setelah mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban secara de facto melarang pendidikan menengah bagi perempuan, meskipun akibat tekanan masyarakat beberapa sekolah menengah perempuan dibuka kembali di sekitar sembilan provinsi. Banyak di antara sekolah-sekolah itu ditutup setelah Taliban melanggar janji mereka untuk membuka kembali semua sekolah pada bulan Maret.
Tapi Provinsi Balkh di utara Afghanistan terbilang unik: sekolah menengah untuk perempuan di sana tetap buka sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Tetapi sekolah yang buka di Balkh dan di tempat lain terancam akan ditutup jika mereka menolak untuk mematuhi aturan berpakaian yang semakin semena-mena. Taliban menutup satu sekolah di Balkh selama beberapa hari setelah beberapa siswi tidak menutupi wajah mereka. Seorang pejabat sekolah membagikan pesan suara dari seorang pejabat Taliban yang menuntut agar seorang kepala sekolah memecat seorang guru karena pakaiannya yang “tidak sopan”. Satu sekolah sekarang memiliki seorang guru yang ditugaskan untuk “mencegah perilaku amoral dan mempromosikan kebajikan.”
“Syarat berjilbab dari hari ke hari semakin ketat,” kata seorang guru tentang kewajiban mengenakan penutup kepala. “Mereka memiliki mata-mata untuk mencatat dan melaporkan .… Jika siswi atau guru tidak mengikuti aturan jilbab mereka yang ketat, tanpa diskusi apa pun mereka akan memecat guru dan mengeluarkan pelajar perempuan.” Dia membagikan foto pertemuan di sekolahnya; para siswi dan guru semuanya mengenakan seragam yang hanya memperlihatkan mata mereka.
Seorang siswi di sekolah lain menjelaskan: “Kami tidak diperbolehkan memakai ikat pinggang. Lengan baju kami semestinya lebar untuk menyembunyikan siku dan bentuk lengan kami. Tapi kemudian kami ditegur karena ketika kami menulis di papan tulis, lengan baju kami tergulung dan lengan kami terlihat… Suatu hari kami diminta untuk melonggarkan lengan baju, dan hari berikutnya kami ditegur karena itu.” Perintah terakhir, kata siswi tersebut, adalah mengenakan baju berlengan longgar tetapi menyematnya di bagian pergelangan tangan.
“Semua anak perempuan di sekolah saya percaya bahwa pihak berwenang Taliban ingin membuat aturan yang amat semena-mena dan ketat sehingga kami menyerah untuk mendapatkan pendidikan” kata siswi itu. Dia menambahkan bahwa dirinya dan teman-teman sekelasnya masih bertekad untuk belajar. “Keputusannya adalah tidak membiarkan mereka memenangkan ini.