Skip to main content

Serangan terhadap Aktivis Hak-Hak Perempuan di Afghanistan

Taliban Secara Sewenang-wenang Menahan, Mengancam, dan Menyiksa Para Demonstran Perempuan

Sejumlah perempuan berkumpul untuk menuntut hak-hak mereka di bawah pemerintahan Taliban dalam sebuah aksi protes di Kabul, Afghanistan, 3 September 2021. © 2021 Wali Sabawoon/AP Photo

Zhulia Parsi. Neda Parwani. Manizha Sediqi. Parisa Azada.

Inilah empat aktivis hak-hak perempuan yang ditahan secara sewenang-wenang oleh Taliban saat ini. Ingatlah nama-nama mereka. Tapi ingatlah juga bahwa masih banyak lagi tahanan yang belum disebutkan namanya.

Ketika Taliban kembali menguasai Afghanistan pada Agustus 2021, niat mereka untuk membungkam hak-hak perempuan dan anak perempuan segera terlihat. Protes yang dilancarkan oleh kalangan perempuan dimulai dengan cepat: mereka turun ke jalan dengan plakat dan yel-yel. Semua yel-yel itu menyatu menjadi sebuah tuntutan gamblang: "Roti, pekerjaan, kebebasan."

Taliban menanggapi: dengan kekerasan, penahanan, dan penyiksaan. Sejak saat itu, Taliban menahan arus pergerakan perempuan, membungkam mereka dan meneror keluarga mereka. Sebagian besar dari mereka adalah pengunjuk rasa, tetapi yang lain, termasuk perempuan yang menjalankan sekolah bawah tanah, juga menjadi sasaran. "Anggota kami sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka dan keluarga mereka," kata seorang aktivis hak-hak perempuan kepada kami. "Mereka terus-menerus berada di bawah tekanan dan takut ditahan."

Anda belum pernah mendengar tentang sebagian besar perempuan yang ditahan. Sejumlah keluarga amat ketakutan menyembunyikan penangkapan mereka, berharap dengan berdiam diri mereka akan dibebaskan atau siksaan dalam tahanan akan berkurang. Keluarga-keluarga itu berjuang untuk menemukan perempuan yang ditahan, yang secara efektif dihilangkan secara paksa. Ketika menemukan para perempuan itu, keluarga-keluarga itu kerap terkejut dengan kondisi mereka. "Saya tidak tahu apa yang [ia] alami," kata seorang anggota keluarga. "Selama kunjungan, perempuan itu tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Ia terdiam setelah beberapa patah kata."

Para perempuan itu ditangkap bersama anggota keluarga, termasuk anak-anak kecil. Mereka ditahan dalam kondisi yang buruk, dan terkadang disiksa. Jika mereka dibebaskan, Taliban menuntut ganti rugi atas harta benda miliki keluarga mereka, dan mengancam akan menyitanya jika perempuan itu melanjutkan aktivisme.

Human Rights Watch menyadari ada lebih banyak kasus – dulu dan sekarang – penahanan terhadap aktivis perempuan yang tidak dapat kami sebutkan dengan aman di sini.

Tindakan keras Taliban sedang berlangsung. Mereka terus mengeluarkan berbagai kebijakan baru yang kejam dan secara brutal menegakkan kebijakan lama. Bahkan para perempuan yang melakukan protes di rumah mereka ditangkap. "Awalnya kami dipaksa meninggalkan jalanan dan sekarang bahkan tidak mungkin untuk melakukan pengorganisasian di dalam rumah. Entah bagaimana semangat protes dicekik di negara ini," kata seorang aktivis.

Taliban ingin diakui secara resmi sebagai pemerintah Afghanistan. Para aktivis perempuan Afghanistan adalah hambatan terbesar bagi pemerintah negera tersebut untuk mencapai hal ini. Dunia seharusnya berbuat lebih banyak untuk mendukung kalangan perempuan Afghanistan, yang mempertaruhkan – dan kehilangan – begitu banyak hal untuk menyuarakan pendapat mereka.

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country