Skip to main content

Kamboja: Pembangkang dan Istrinya Diserang Secara Brutal

Insiden ini Menguji Kesediaan Pemerintah Baru untuk Menyikapi Impunitas

Pengusaha pertanian Nak Ny ditangkap pada 11 Desember 2020, setelah mengunggah komentar sinis di media sosial terkait pernyataan Perdana Menteri Kamboja saat itu Hun Sen yang menetapkan keadaan darurat. © Facebook/Nak Ny

(Bangkok) – Sejumlah pria dengan tongkat logam secara kejam menyerang seorang pembangkang dan istrinya di Phnom Penh, Kamboja pada 12 September 2023, kata Human Rights Watch hari ini. Ny Nak masih dirawat di rumah sakit karena luka serius di kepala, kaki dan tangannya.

Serangan tersebut memiliki kemiripan dengan sejumlah serangan yang dilaporkan sebelumnya pada tahun 2023 terhadap beberapa anggota Partai Cahaya Lilin selaku oposisi, yang tidak pernah diselidiki secara serius. Hal ini menguji kesediaan pemerintahan baru Perdana Menteri Hun Manet untuk secara tepat menyelidiki dan mengadili mereka yang bertanggung jawab atas penganiayaan terhadap para pengkritiknya.

“Serangan terhadap Ny Nak dan istrinya saat siang hari bolong menimbulkan kekhawatiran besar bahwa kebrutalan pemerintahan Hun Sen terhadap suara-suara kritis tetap tidak berubah di bawah pemerintahan putranya,” kata Phil Robertson, wakil direktur Asia di Human Rights Watch. “Perdana Menteri Hun Manet punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa pelanggaran hukum seperti itu akan diselidiki dan dituntut sepenuhnya, tanpa memandang siapa yang bertanggung jawab.”

Ny Nak dan istrinya, Sok Synet, bercerita mereka berboncengan naik sepeda motor dari gudang pupuk milik mereka di distrik Chbar Ampov, Phnom Penh. Sekitar pukul satu siang, sebuah benda tak dikenal menghantam sepeda motor itu di Jalan 369 sehingga mereka jatuh. Saat Nak bangkit untuk membantu istrinya, dia melihat empat pria berpakaian hitam dan helm hitam mendekat. Orang-orang itu mengeluarkan tongkat logam dari saku mereka dan menekan tombol pada tongkat tersebut yang memanjang menjadi alat pemukul. Sejumlah anggota oposisi Partai Cahaya Lilin yang diserang di Phnom Penh pada Maret dan April lalu menggambarkan para penyerang membawa tongkat serupa.

Para penyerang mencengkeram Nak, melepas helmnya, dan mulai memukuli kepala dan tubuh bagian atas. Nak kemudian melepaskan diri dan lari ke gudang daur ulang terdekat, namun orang-orang itu menangkapnya dan terus memukulinya dengan tongkat hingga dia jatuh ke tanah.

Nak mengatakan kepada Human Rights Watch: “Mereka memukuli kepala dan tangan saya sampai berdarah. Akhirnya tangan yang saya gunakan untuk melindungi kepala harus saya turunkan karena tangan saya sangat sakit. Saya hanya pasrah dan membiarkan mereka memukuli saya, saya kehabisan napas, kelelahan, dan kesakitan hingga hampir tidak bisa bernapas.”

Pria itu bilang mereka memukulinya "selama lebih dari dua menit berturut-turut" saat dia tergeletak di tanah. "Saya yakin mereka baru pergi karena saya berhenti bergerak sama sekali. Saya pikir mereka mengira saya sudah mati. Saat itu saya berpikir mereka bermaksud membunuh saya dengan cara mereka memukuli saya secara brutal."

Para pria tersebut memukul bahu kanan Sok Synet dua kali dengan tongkat logam pada awal penyerangan ketika perempuan itu berusaha untuk melerai.

Pasangan tersebut melapor ke kantor polisi setempat di daerah Prek Prak. Polisi setempat melihat rekaman kamera keamanan dari gudang terdekat dan memberi tahu mereka bahwa ada delapan pria dengan empat sepeda motor terlibat dalam serangan tersebut. Polisi mengatakan kepada Nak bahwa mereka akan menyelidiki kasus ini dan kemungkinan akan mengajukan tuntutan percobaan pembunuhan.

Nak meyakini, serangan itu dipicu oleh sejumlah kritik terbuka yang dia lontarkan terhadap pemerintah belum lama ini.

Nak (44 tahun) dikenal karena kritiknya terhadap pemerintahan Hun Sen sebelumnya. Pria itu menjalani hukuman 18 bulan penjara atas tuduhan penghasutan untuk sebuah unggahan di media sosial yang diduga mengejek pidato Hun Sen. Dia dibebaskan pada Juni 2023 setelah menyelesaikan hukumannya. Dari ranjangnya di rumah sakit, Nak mengatakan bahwa pihak berwenang seharusnya mencari dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas serangan tersebut: "Saya yakin orang-orang yang memukuli saya berusaha membunuh saya karena bersikap kritis terhadap pemerintah."

Seminggu sebelum penyerangan, Nak berulang kali mengkritik Kementerian Pertanian karena mencari kesempatan untuk berfoto dan mengunggahnya di media sosial, namun tidak pernah mengambil tindakan apa pun untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Laman Facebook Nak, IMan-KH, saat ini memiliki 414.000 pengikut.

Kata Nak, pada malam hari tanggal 10 September, anggota Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa mengajaknya untuk bergabung dengan partai mereka dan menyuruhnya agar tidak terlalu kritis terhadap pemerintah di depan umum. Nak mengaku menolak, dan menjawabbahwa dia bukan seorang politisi dan tidak ingin bergabung dengan mereka. Dia kemudian secara terbuka mengunggah di Facebook meminta agar anggota partai untuk tidak lagi menghubunginya.

Pada 1 September, Nak mengkritik klaim terbuka yang dikatakan oleh Menteri Tenaga Kerja Heng Sour bahwa 99,3 persen warga Kamboja mempunyai pekerjaan, dan menunjukkan apa yang dilihatnya sebagai kegagalan kementerian dalam menyelesaikan perselisihan terkait pemogokan Serikat Pekerja yang mendukung Hak Buruh dan penutupan pabrik.

“Serangan terhadap Ny Nak menunjukkan bahwa pemerintah negara-negara asing tidak seharusnya menunda-nunda pengawasan mereka terhadap perkembangan hak asasi manusia di Kamboja,” kata Phil Robertson. “Pemerintah di negara-negara yang peduli itu seharusnya secara terbuka menuntut jawaban dari Perdana Menteri Hun Manet mengenai kesediaannya untuk menghentikan pelanggaran dan meminta pertanggungjawaban para pihak yang terlibat.”

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country
Topic