Skip to main content

Vietnam: Bebaskan Juru Kampanye Demokrasi Tran Van Bang

Aktivis Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara karena Mengkritik Pemerintah

Tran Van Bang memegang kertas bertuliskan “Kebebasan untuk para Tahanan Hati Nurani Vietnam” untuk merayakan ulang tahun ke-70 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, 10 Desember 2018. © 2018 Tran Van Bang

Pemutakhiran: Pada 12 Mei 2023, pengadilan di Kota Ho Chi Minh menghukum Tran Van Bang dengan hukuman penjara delapan tahun dan tiga tahun masa percobaan setelah dibebaskan.

(Bangkok) – Pihak berwenang Vietnam seharusnya segera membatalkan semua dakwaan dan membebaskan aktivis HAM Tran Van Bang, kata Human Rights Watch hari ini. Kepolisian Kota Ho Chi Minh menangkap Tran Van Bang pada 1 Maret 2022, dan mendakwanya karena mengkritik pemerintah berdasarkan hukum pidana pasal 117. Pengadilan dijadwalkan untuk menyidangkan kasusnya pada 12 Mei 2023. Jika terbukti bersalah, dia terancam hukuman hingga 12 tahun penjara.

“Pemerintah Vietnam telah berulang kali menggunakan pasal 117 dalam hukum pidana untuk membungkam setiap warga negara yang berani menggunakan internet untuk mengkritik pemerintah atau menyuarakan dukungan untuk hak asasi manusia dan demokrasi,” kata Phil Robertson, wakil direktur Asia di Human Rights Watch. “Pihak berwenang seharusnya segera membebaskan Tran Van Bang dan menghapus ketentuan hukum yang kejam ini.”

Pemerintah Vietnam mengamendemen kitab hukum pidananya pada tahun 2015 dan merevisi pasal 88 yang melanggar hak, yang isinya melarang “melakukan propaganda melawan negara,” untuk menambah hukuman penjara. Sekarang dikenal sebagai pasal 117, yang berisi larangan untuk “membuat, menyimpan, menyebarluaskan atau mempropagandakan informasi, bahan dan produk yang bertujuan menentang Negara Republik Sosialis Vietnam.” Undang-undang yang direvisi ini mulai berlaku pada Januari 2018.

Sejak 2018, pengadilan telah menghukum setidaknya 60 blogger serta aktivis berdasarkan pasal 117 ini dan menjatuhkan hukuman antara 4 hingga 15 tahun penjara. Selama periode yang sama, setidaknya 13 aktivis HAM lainnya dihukum berdasarkan pasal 88 yang lama, yang merupakan undang-undang yang berlaku pada saat dugaan pelanggaran terjadi, dan menghukum mereka antara 4 hingga 12 tahun penjara.

Tran Van Bang (juga dikenal sebagai Tran Bang), 62 tahun, memulai dinas kemiliteran pada awal 1980-an, dan menjadi insinyur irigasi setelah pensiun pada pertengahan 1980-an. Dalam satu dekade terakhir, dia telah berpartisipasi dalam protes anti-Tiongkok. Pada November 2015, selama protes menentang kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Vietnam, pihak keamanan menyerang dan melukai Tran Van Bang. Dia juga berpartisipasi dalam aksi protes pro-lingkungan dan hak asasi manusia dan secara terbuka menentang undang-undang keamanan siber Vietnam yang represif pada tahun 2018.

Tran Van Bang secara terbuka menyuarakan dukungan untuk banyak narapidana dan tahanan politik, termasuk Nguyen Thuy Hanh, Pham Doan Trang, Can Thi Theu, Trinh Ba Tu, Trinh Ba Phuong, Le Dinh Luong, Nguyen Tuong Thuy, Pham Chi Dung, Le Huu Minh Tuan, Nguyen Van Hoa, Pham Chi Thanh, dan Nguyen Nang Tinh.

Dia menjalani aksi mogok makan selama satu hari pada Desember 2020 untuk mendukung blogger terkemuka Tran Huynh Duy Thuc, yang menjalani hukuman penjara 16 tahun karena mengampanyekan demokrasi. Dia membantu mengumpulkan uang untuk membantu sesama aktivis yang membutuhkan, seperti Dinh Van Hai dan Vu Tien Chi ketika pihak keamanan menyerang keduanya pada Juni 2018 karena mengunjungi mantan tahanan politik Do Thi Minh Hanh di Lam Dong.

Dalam beberapa tahun terakhir, pihak keamanan sering menempatkan Tran Van Bang sebagai tahanan rumah sehingga dia tidak dapat berpartisipasi dalam acara yang berkaitan dengan hak asasi manusia atau sensitif secara politik.

Beberapa bulan sebelum penangkapan Tran Van Bang, kesehatannya memburuk sehingga ia menghentikan semua aktivitasnya untuk berkonsentrasi pada peningkatan kesehatannya. Namun, polisi tetap memanggilnya untuk interogasi rutin. Merasa bahwa dia akan ditangkap, dia melakukan wawancara dengan Radio Free Asia pada pertengahan Februari 2022 dan mengatakan bahwa polisi menanyainya tentang “sejumlah masalah yang berkaitan dengan propaganda melawan Negara Republik Sosialis Vietnam.” Tetapi dia mengatakan bahwa “mereka menangkap siapa saja yang mau mereka tangkap untuk mengklaim prestasi. Tuduhan itu hanya alasan [untuk ditangkap].”

“Para pemimpin Vietnam menunjukkan kelemahan mereka, bukan kekuatan mereka, dengan menangkap, menahan, dan mengadili siapa pun yang menyatakan pandangan kritis tentang pemerintah di internet,” kata Robertson. “Tran Van Bang tidak seharusnya menghadapi hukuman hanya karena menggunakan hak dasar atas kebebasan berekspresi.”

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country