Ketika Elianu Hia membagikan video di Facebook pada Januari 2021, dia tak pernah bayangkan bahwa tindakannya akan bikin dia kehilangan bisnis bahkan rumahnya di Kota Padang, Sumatera Barat.
Hia kesal karena sekolah mewajibkan putrinya, usia 17 tahun dan beragama Kristen, pakai seragam jilbab. Dia rekam pertemuan dengan wakil kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2, saat dia diminta agar putrinya berhijab. Alasannya, “Ini peraturan sekolah. Aturan wajib hijab.”
Hia menolak, lantas disuruh teken surat yang menyatakan bahwa anak perempuannya tak bersedia mengenakan hijab. Ini mungkin langkah buat untuk mengeluarkannya dari sekolah.
Video tersebut viral, diambil media lokal dan nasional, plus bikin warganet protes Dinas Pendidikan Sumatera Barat. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim bikin video yang mengecam aturan wajib hijab dan minta pemerintah daerah agar sekolah ubah aturan ini.
Sekolah mematuhinya dengan bikin pengecualian khusus siswi Kristen. Selama dua tahun terakhir, sejumlah siswi Kristen berani melepaskan hijab.
Namun Elianu Hia menerima ancaman lewat Facebook dan WhatsApp.
"Jumlahnya banyak, saya tak hitung, mungkin ratusan," katanya.
Ada orang yang menuntut dia diusir dari Sumatera Barat. Seorang pengguna WhatsApp intimidasi dengan menulis apa yang terjadi pada minoritas antara 1816 dan 1833 ketika “pasukan paderi” kampanye Syariah Islam dan gunakan kekerasan terhadap penentangnya, “Anda tidak pantas ada di ranah Minang.”
Elianu Hia mulai kehilangan pelanggan usaha pembersihan dan perbaikan AC miliknya. “Dulu saya punya 200an pelanggan,” katanya. “Beberapa orang tanya apakah saya yang viral soal aturan wajib hijab. Mereka tidak lagi mau jadi pelanggan saya.” Dia memberhentikan lima karyawan, menjual truk pick up dan mini bus, berjuang untuk bayar cicilan dari bank serta bayar uang sekolah anak-anaknya.
Pada November 2022, Hia dan istri memutuskan untuk jual rumah sambil menunggu anak-anak mereka lulus sekolah. “Saya tidak bisa usaha lagi. Saya harus pindah agar bisa bayar cicilan dan dapat uang buat anak-anak sekolah. Selamat tinggal Kota Padang,” kata Hia.
Keluarga Hia menderita karena Elianu membela hak anak perempuan untuk memilih busana mereka. Presiden Joko Widodo seyogyanya membatalkan semua peraturan daerah yang diskriminatif, yang melanggar hak asasi manusia, termasuk hak perempuan dan anak perempuan.