(Yerusalem) – Ledakan yang menewaskan dan melukai banyak warga sipil di RS al-Ahli Arab di Gaza pada 17 Oktober 2023, diakibatkan oleh amunisi berpeluncur roket, seperti yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok bersenjata Palestina, yang menghantam halaman rumah sakit itu, kata Human Rights Watch hari ini. Meskipun salah sasaran sering terjadi, diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan siapa yang meluncurkan roket tersebut dan apakah ada hukum perang yang dilanggar.
Pada pukul 18:59 hari itu, sebuah amunisi yang jenisnya belum dapat diidentifikasi secara meyakinkan oleh Human Rights Watch menghantam area beraspal di dalam kompleks rumah sakit, di antara tempat parkir dan area lanskap di mana banyak warga sipil berkumpul untuk mencari perlindungan dari serangan Israel. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan ada 471 orang terbunuh dan 342 orang menderita luka-luka. Human Rights Watch tidak dapat memastikan jumlah korban, yang secara signifikan lebih tinggi dari beberapa perkiraan lainnya, yang menunjukkan rasio korban tewas dan korban luka yang amat tinggi, dan tampak tidak sebanding dengan kerusakan yang terpantau di lokasi kejadian.
“Tinjauan Human Rights Watch terhadap sejumlah video dan foto menunjukkan bahwa pada 17 Oktober sebuah roket menghantam halaman RS al-Ahli,” kata Ida Sawyer, direktur krisis dan konflik di Human Rights Watch. “Para korban dan keluarga mereka yang terbunuh atau terluka saat mencari perlindungan di rumah sakit berhak mendapatkan penyelidikan penuh untuk menentukan apa yang terjadi dan siapa yang bertanggung jawab.”
Kementerian Kesehatan di Gaza menyebut Israel bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Menurut militer Israel, ledakan itu diakibatkan oleh roket Jihad Islam yang salah sasaran. Kegagalan otoritas Israel dan Palestina selama berpuluh-puluh tahun dalam menyelidiki dugaan pelanggaran hukum humaniter internasional secara kredibel dan tidak memihak menggarisbawahi perlunya penyelidikan independen atas insiden tersebut, yang dapat dilakukan oleh Komisi Penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan agar semua pihak lain dapat bekerja sama sepenuhnya.
Human Rights Watch menyelidiki ledakan tersebut dengan meninjau sejumlah foto dan video yang tersedia untuk umum, menganalisis citra satelit, mewawancarai lima saksi mata insiden tersebut dan dampaknya, meninjau analisis yang dipublikasikan oleh beberapa organisasi lain, serta berkonsultasi dengan para ahli. Analisis jarak jauh menilai ledakan dan kerusakan di lokasi, serta beberapa kemungkinan lintasan objek yang terlihat dalam video yang diambil pada saat penyerangan, yang juga menunjukkan saat-saat sebelum dan sesudah ledakan di rumah sakit.
“Tidak ada tempat untuk berjalan, karena potongan tubuh berserakan di mana-mana, sementara orang-orang terluka dan sekarat,” kata seorang jurnalis yang tiba di rumah sakit satu jam setelah ledakan kepada Human Rights Watch. “Orang-orang yang berada di tempat kejadian sebagian besar adalah anak-anak, orang tua, dan perempuan.”
Tidak ada gambar serpihan amunisi yang bisa diakses untuk umum, dan Human Rights Watch tidak bisa mengunjungi lokasi kejadian, sehingga tidak bisa secara meyakinkan melakukan identifikasi terhadap amunisi tersebut.
Namun, suara yang mendahului ledakan, bola api yang menyertainya, ukuran ceruk yang dihasilkan, jenis percikan yang menyertainya, dan jenis serta pola kepingan yang terlihat di sekitar ceruk, semuanya konsisten dengan dampak yang ditimbulkan oleh roket.
Berbagai bukti yang tersedia untuk Human Rights Watch membuat kemungkinan adanya bom besar yang dijatuhkan dari udara, seperti yang sudah secara besar-besaran digunakan Israel di Gaza, sangat kecil kemungkinannya. Militer Israel telah menjatuhkan ribuan bom serupa di Jalur Gaza sejak tanggal 7 Oktober.
Pihak berwenang Gaza tampaknya masih menyimpan serpihan-serpihan yang akan membantu menentukan secara pasti jenis amunisi yang meledak di RS al-Ahli. Sebuah foto yang diambil pada malam terjadinya ledakan menunjukkan para karyawan Departemen Senjata Peledak, unit khusus polisi Gaza, sedang bekerja di ceruk tersebut. Seorang saksi yang berada di rumah sakit pada malam terjadinya ledakan mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa pegawai “Kementerian Dalam Negeri mengambil semua pecahan peluru yang ada di lokasi.”
Seorang pejabat Hamas mengatakan puing-puing tersebut akan “segera diperlihatkan kepada dunia.” Lebih dari sebulan setelah kejadian, hal ini belum terjadi. Ghazi Hamad, seorang pemimpin senior Hamas dan wakil menteri di pemerintahan Gaza yang dipimpin Hamas, mengatakan kepada media pada 22 Oktober bahwa “rudal tersebut telah larut seperti garam di dalam air.… Ia menguap. Tidak ada yang tersisa.” Human Rights Watch mencatat bahwa sebagian besar amunisi biasanya bertahan jika terjadi ledakan, bahkan jika sebagian dari amunisi tersebut dirancang untuk pecah dan mungkin tidak dapat dikenali lagi karena kerusakan akibat panas.
Pada 25 November, Bassam Naim, kepala departemen politik dan hubungan luar negeri Hamas, menjawab beberapa pertanyaan tentang ledakan tanggal 17 Oktober yang dikirimkan Human Rights Watch ke Kementerian Dalam Negeri di Gaza. Ia mengatakan bahwa penyelidikan kementerian atas serangan tersebut telah diperlambat oleh pertempuran yang sedang berlangsung, namun “informasi awal yang kami miliki secara pasti menunjukkan bahwa Israel yang bertanggung jawab.” Ia mengatakan bahwa pihak berwenang Israel memperingatkan rumah sakit tersebut untuk melakukan evakuasi “beberapa jam” sebelum ledakan dan mengklaim bahwa “tidak ada faksi perlawanan Palestina – sepengetahuan kami – yang memiliki proyektil atau roket dengan kekuatan penghancur yang mampu membunuh banyak orang seperti bom yang digunakan dalam insiden yang menyasar” rumah sakit.
Human Rights Watch menemukan bahwa roket seperti jenis yang lebih besar yang ditembakkan oleh kelompok-kelompok bersenjata Palestina dapat menimbulkan banyak korban jika roket tersebut menghantam dengan sisa bahan bakarnya di halaman yang disesaki banyak orang serta bahan-bahan yang mudah terbakar. Semua rumah sakit di Gaza utara, termasuk al-Ahli, telah menerima perintah umum untuk melakukan evakuasi pada 13 Oktober dan hari-hari berikutnya.
Naim tidak menanggapi beberapa pertanyaan spesifik, termasuk tentang serpihan amunisi dan operasi militer yang dilakukan kelompok-kelompok bersenjata Palestina pada malam terjadinya ledakan. Namun, ia mengatakan bahwa Hamas, berkoordinasi dengan otoritas terkait, akan memberikan semua bukti “sesegera mungkin” dan Hamas menyambut baik penyelidikan independen atas insiden tersebut.
Seharusnya otoritas Gaza dan Israel secara terbuka membeberkan semua informasi yang mereka miliki terkait insiden tersebut, khususnya bukti-bukti mengenai serpihan-serpihan amunisi. Sejumlah rekam medis yang menunjukkan jenis cedera yang dialami para korban, yang terikat aturan perlindungan privasi dan kerahasiaan, serta jenis bukti lain seperti video ledakan yang tidak dipublikasikan, juga bisa menjelaskan penyebab ledakan.
Pasukan Israel telah berulang kali melancarkan serangan yang tampaknya melanggar hukum terhadap fasilitas, personel, dan transportasi medis selama konflik saat ini, yang telah didokumentasikan oleh Human Rights Watch. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 24 November, telah mendokumentasikan 187 serangan terhadap layanan kesehatan di Gaza sejak tanggal 7 Oktober, yang merusak 24 rumah sakit, menurut data yang dibagikan kepada Human Rights Watch. WHO mengatakan, akibat pertempuran tersebut, sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak lagi berfungsi.
Sejak 7 Oktober, kelompok-kelompok bersenjata Palestina secara tidak sah meluncurkan ribuan roket ke berbagai komunitas Israel, yang menyebabkan kematian, luka-luka, dan kerusakan properti.
Komisi Penyelidikan Internasional Independen untuk Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, dan Israel yang dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 2021, mempunyai mandat untuk “menyelidiki, di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, dan di Israel , semua dugaan pelanggaran hukum humaniter internasional dan pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional sebelum dan sejak tanggal 13 April 2021.” Pada 10 Oktober, Komisi Penyelidikan mengumumkan bahwa mereka “tengah mengumpulkan dan menyimpan bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh semua pihak sejak tanggal 7 Oktober 2023.”
Hukum humaniter internasional, atau hukum perang, memberikan perlindungan khusus bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, mereka yang terluka dan sakit, serta staf medis dan transportasi: mereka harus dilindungi dan dihormati dalam segala situasi.
Negara-negara di dunia seharusnya menangguhkan bantuan militer dan penjualan senjata kepada kelompok-kelompok bersenjata Palestina, termasuk Hamas, selama mereka masih terus melakukan serangan secara sistematis yang merupakan kejahatan perang terhadap warga sipil Israel. Pemerintah di negara-negara itu seharusnya menangguhkan bantuan militer dan penjualan senjata ke Israel selama pasukan Israel melakukan pelanggaran serius dan meluas yang merupakan kejahatan perang terhadap warga sipil Palestina, tanpa pernah mendapat hukuman.
“Ledakan di RS al-Ahli adalah salah satu dari sejumlah serangan yang merusak fasilitas medis di Gaza dan telah menewaskan warga sipil dan tenaga medis professional serta menghalangi banyak warga Palestina untuk mendapatkan perawatan medis yang sangat mereka butuhkan,” kata Sawyer. “Pihak berwenang di Gaza dan Israel seharusnya merilis bukti serpihan amunisi serta informasi lain yang mereka miliki terkait ledakan RS al-Ahli untuk memungkinkan dilakukannya penyelidikan secara menyeluruh.”
Peristiwa Seputar Ledakan
Analisis video menunjukkan bahwa rentetan roket Palestina diluncurkan dari sebuah lokasi berjarak sekitar lima kilometer barat daya RS al-Ahli ke arah timur laut, 43 detik sebelum ledakan di rumah sakit tersebut. Human Rights Watch tidak dapat memastikan apakah rentetan roket yang ditembakkan oleh kelompok bersenjata Palestina tak dikenal dan terlihat di video terbang atau tidak di atas rumah sakit: roket-roket itu hanya terlihat pada detik-detik pertama setelah diluncurkan sebagai titik-titik terang, dan jalur penerbangan selanjutnya melalui langit malam tidak dapat ditentukan secara pasti.
Sementara itu, beberapa wilayah di sekitar rumah sakit – khususnya, kawasan permukiman Sheja’iya dan Zeitoun – diserang secara intensif oleh militer Israel ketika ledakan di rumah sakit terjadi, kata dua orang saksi. Beberapa ledakan di dekat rumah sakit terlihat melalui siaran langsung dari jaringan media Al Jazeera pada menit-menit sebelum dan sesudah ledakan rumah sakit. Video tersebut menunjukkan dua ledakan di dekat rumah sakit sebelum ledakan di rumah sakit (keduanya terjadi pada pukul 18:55) dan empat ledakan pada menit-menit berikutnya (pada pukul 19:03, pukul 19:04, dan dua lagi pada pukul 19:05). Karena gelapnya malam dan kurangnya sudut pandang alternatif, tidak mungkin untuk menentukan secara tepat di mana ledakan-ledakan tersebut terjadi. Asap sudah terlihat di timur laut rumah sakit pada awal siaran langsung, pukul 18:53, yang menunjukkan bahwa ledakan tambahan mungkin saja terjadi beberapa menit sebelum ledakan rumah sakit.
Sejumlah video menunjukkan amunisi melayang dan meledak di udara beberapa detik setelah serangan roket Palestina dan sebelum ledakan rumah sakit. Analisis kami menemukan bahwa proyektil ini kemungkinan besar merupakan rudal pencegat Israel, yang tampaknya menghantam roket di udara di atas wilayah Israel pada jarak yang terlalu jauh sehingga puing-puing yang berjatuhan menyebabkan ledakan di rumah sakit.
Video-video yang dianalisis oleh Human Rights Watch menunjukkan, beberapa detik sebelum ledakan, sesuatu yang tampak seperti pesawat Israel di atas laut di sebelah barat rumah sakit, tampaknya melepaskan sejumlah benda bercahaya yang konsisten dengan penyebaran penangkal piroteknik, yang disebut juga suar atau umpan. Tindangan penanggulangan ini dirancang untuk melindungi pesawat dari amunisi pencari panas dengan membingungkan kepala pencari senjata. Tiga rangkaian tindakan penanggulangan terlihat: dua tindakan dilakukan kira-kira 32 detik sebelum ledakan, dan satu lagi dalam beberapa detik sebelum dan sesudah ledakan. Meskipun hal ini menegaskan bahwa sejumlah jet Israel berada dekat pada saat serangan terjadi, Human Rights Watch tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas peluncuran amunisi yang menghantam halaman rumah sakit.
Ledakan Rumah Sakit
Dalam sebuah video, yang diverifikasi dan diberi geolokasi oleh Human Rights Watch dan direkam 160 meter dari rumah sakit sesaat sebelum dan selama ledakan utama, karakteristik suara dari amunisi yang digerakkan oleh motor, seperti roket atau rudal, bisa terdengar. Suara ini tidak konsisten dengan peluru artileri atau bom yang dijatuhkan dari udara. Video tersebut memperlihatkan bola api besar yang menyertai ledakan tersebut, yang konsisten dengan penyalaan bahan bakar roket dan mungkin pembakaran bahan bakar lainnya.
Analisis Kerusakan
Beberapa foto dan video yang diambil di lokasi, serta dibagikan di media sosial dan media berita, menunjukkan adanya ceruk. Human Rights Watch menggunakan teknik fotogrametri untuk mengukur ceruk tersebut, dan menentukan bahwa ceruk tersebut memiliki panjang sekitar 90 sentimeter, lebar 60 sentimeter, dan berkedalaman maksimum sekitar 30 hingga 40 sentimeter. Ukuran ceruk ini tidak sesuai dengan titik ledakan bom besar yang dijatuhkan dari udara dengan muatan berdaya ledak tinggi.
Ceruk ini tidak memiliki fitur – seperti semprotan lateral dan alur bahan peledak – yang merupakan karakteristik proyektil artileri yang distabilkan dengan putaran yang ditembakkan pada sudut rendah (di bawah 45°). Kerusakan akibat ledakan yang terbatas di sekitar ceruk tidak konsisten dengan ledakan berdaya tinggi seperti yang menyertai dampak bom besar yang dijatuhkan dari udara atau efek yang diantisipasi dari amunisi yang ditembakkan oleh sistem persenjataan yang telah diakui militer Israel digunakan di Gaza pada putaran konflik kali ini.
Kerusakan parah yang meluas pada mobil-mobil di tempat parkir rumah sakit itu tidak konsisten dengan ledakan hulu ledak yang berdaya tinggi semata. Kebakaran itu tampaknya disebabkan oleh pembakaran bahan bakar roket yang menyebar ke – dan menyulut – bahan bakar atau bahan mudah terbakar lainnya yang ada di lokasi. Sebuah video dari tempat parkir, yang direkam sehari setelah ledakan, memperlihatkan sebuah tabung gas, seperti yang digunakan untuk memasak, di salah satu kendaraan. Seorang perawat di RS al-Shifa, tempat para korban luka akibat ledakan dirawat, mengatakan bahwa sebagian besar korban menderita luka bakar tingkat dua atau tiga.
Pola kepingan di sekitar ceruk – kerusakan yang disebabkan oleh komponen dan puing-puing yang beterbangan di permukaan sekitarnya selama ledakan – tampaknya merupakan kepingan alami dari badan amunisi. Pola kepingan tidak memiliki pola seragam yang disebabkan oleh rudal pertahanan udara biasa atau amunisi lain yang memiliki hulu ledak yang mengandung kepingan yang telah terbentuk sebelumnya, seperti varian rudal berpemandu Hellfire atau Spike yang sering digunakan oleh militer Israel.
Korban Jiwa
Lima saksi mata yang melihat kejadian setelah ledakan itu menggambarkan luka-luka mengerikan, termasuk potongan anggota tubuh, yang disebabkan oleh kepingan. Sementara Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan 471 orang tewas, Mohammed Abu Selmia, direktur umum RS al-Shifa, yang menerima para korban, mengatakan kepada media bahwa jumlah korban tewas mendekati 250 orang. Human Rights Watch meninjau dua gambar yang diterbitkan oleh Associated Press yang memperlihatkan kondisi korban ledakan al-Ahli yang dibawa ke RS al-Shifa di Kota Gaza, termasuk sebuah gambar yang diambil saat konferensi pers yang diberikan oleh perwakilan Kementerian Kesehatan di Gaza dan staf medis dari rumah sakit itu terkait ledakan tersebut. Gambar-gambar ini menampilkan antara 65 hingga 75 kantong jenazah, karpet yang digulung, dan sejumlah jenazah. Human Rights Watch tidak dapat memverifikasi secara independen apakah semua korban tersebut berasal dari ledakan di al-Ahli.
Tanggal 14 Oktober – Tiga Hari Sebelum Ledakan
Pada 14 Oktober, tiga hari sebelum ledakan besar, serpihan proyektil artileri menghantam pusat perawatan diagnostik kanker rumah sakit tersebut, merusak dua lantai rumah sakit dan dilaporkan melukai empat pekerja medis, menurut Pendeta di Keuskupan Agung Gereja Episkopal Yerusalem dan Timur Tengah, yang mengelola rumah sakit tersebut. Pendeta tersebut menerbitkan sebuah video di media sosial yang menunjukkan kerusakan pada pusat diagnostik, yang tampak kinetik dan tidak meledak, serta sisa-sisa suar penerangan di lantai salah satu ruangan, yang tertutup puing-puing. Serpihan-serpihan dalam gambar adalah bagian dari amunisi yang jatuh ke tanah setelah suar dilontarkan ke area sasaran. Israel adalah satu-satunya pihak dalam konflik yang diketahui memiliki dan menggunakan artileri yang menembakkan amunisi jenis ini.
Uskup Agung Gereja Episkopal Yerusalem dan Timur Tengah mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa pada 14, 15 dan 16 Oktober, RS al-Ahli menerima setidaknya tiga peringatan telepon untuk melakukan evakuasi, meskipun ia tidak merinci sumber atau isi dari peringatan tersebut. Yousef Abu Reesh, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan pada malam tanggal 17 Oktober bahwa peringatan tersebut telah disampaikan oleh militer Israel kepada direktur rumah sakit. Militer Israel mengatakan bahwa mereka memberikan peringatan melalui telepon kepada warga sipil untuk mengungsi.
Roket Salah Sasaran
Roket yang banyak digunakan oleh berbagai kelompok bersenjata Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam hanya memiliki sistem panduan yang belum sempurna dan rentan salah sasaran, menjadikannya sangat tidak akurat dan karenanya tidak pandang bulu ketika diarahkan ke wilayah yang dihuni warga sipil. Semua roket yang diluncurkan ke wilayah berpenduduk melanggar hukum perang yang melarang serangan yang disengaja atau tanpa pandang bulu terhadap warga sipil. Mereka yang memerintahkan atau melakukan serangan tersebut dengan maksud kriminal – baik sengaja atau sembrono – bertanggung jawab atas kejahatan perang.
Human Rights Watch sebelumnya telah melaporkan adanya sejumlah roket yang salah sasaran dan menghantam beberapa wilayah di Gaza. Penelitian yang mengutip data yang dikeluarkan oleh militer Israel menunjukkan bahwa antara 10 hingga 20 persen roket yang diluncurkan dari Gaza mengalami kegagalan. Data mengenai jumlah keseluruhan proyektil (misalnya roket dan mortir) yang ditembakkan serta tingkat keberhasilan atau kegagalannya hanyalah perkiraan dan tidak bisa dianggap tepat.
Human Rights Watch telah mendokumentasikan kematian sejumlah warga sipil di Israel akibat serangan roket kelompok-kelompok bersenjata Palestina, serta kematian tujuh warga sipil di Jabalya, Gaza, pada 10 Mei 2021 akibat roket yang salah sasaran. Human Rights Watch menyimpulkan bahwa insiden tahun 2021 itu adalah roket salah sasaran dan bukan serangan Israel berdasarkan kunjungan ke lokasi kejadian dan analisis video insiden tersebut serta serpihan-sepihan amunisi yang tersedia.
Sulit untuk mendokumentasikan kerusakan yang disebabkan oleh roket yang salah sasaran karena pihak berwenang di Gaza telah menghambat penyelidikan atas insiden semacam ini. Misalnya, pihak berwenang di Gaza menahan dua jurnalis Palestina yang sedang menyelidiki roket salah sasaran selama eskalasi pada Agustus 2022.
Permusuhan dan Blokade
Operasi militer Israel saat ini di Gaza dimulai setelah serangan pimpinan Hamas terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang, termasuk anak-anak dan ratusan warga sipil lainnya, dan lebih dari 200 orang disandera, menurut pihak berwenang Israel. Per tanggal 23 November, 14.800 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, termasuk sekitar 6.000 anak-anak, menurut otoritas setempat di Gaza. Israel telah memutus sejumlah layanan penting ke Gaza dan mencegah masuknya sebagian besar bantuan. Pada 22 November, otoritas Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata selama beberapa hari, meningkatkan masuknya bahan bakar dan bantuan, dan pembebasan puluhan warga sipil yang disandera di Gaza, sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Palestina.