(New York) - Vietnam seharusnya membatalkan semua tuduhan terhadap para aktivis hak asasi manusia Le Thu Ha, Nguyen Bac Truyen, Nguyen Trung Ton, Nguyen Van Dai, Pham Van Troi, juga Truong Minh Duc dan segera membebaskan mereka, kata Human Rights Watch hari ini. Pengadilan Rakyat Hanoi dijadwalkan untuk menyidangkan kasus mereka pada 5 April 2018.
Keenam aktivis itu dituduh “melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan rakyat” berdasarkan pasal 79 hukum pidana.
“Satu-satunya kejahatan yang dilakukan para aktivis ini adalah berkampanye tak kenal lelah demi demokrasi dan membela korban pelanggaran hak asasi manusia,” kata Brad Adams, direktur Asia. “Pemerintah Vietnam seharusnya berterima kasih kepada mereka atas upaya mereka untuk memperbaiki negara bukannya malah menahan dan menyeret mereka ke pengadilan.”
Le Thu Ha, Nguyen Bac Truyen, Nguyen Trung Ton, Nguyen Van Dai, Pham Van Troi, dan Truong Minh Duc dituduh berafiliasi dengan Brotherhood for Democracy atau Persaudaraan untuk Demokrasi, yang didirikan pada April 2013 oleh Nguyen Van Dai dan rekan-rekan aktivis lainnya. Memiliki tujuan “untuk membela hak asasi manusia yang diakui oleh Konstitusi Vietnam dan konvensi internasional” dan “untuk mempromosikan berdirinya masyarakat Vietnam yang demokratis, progresif, beradab dan adil,” Persaudaraan untuk Demokrasi menyediakan jaringan bagi aktivis baik di dalam dan luar Vietnam yang mengkampanyekan hak asasi manusia dan demokrasi di Vietnam.
Anggota kelompok itu melakukan pelatihan informal soal masyarakat sipil, hak asasi manusia, dan demokrasi, dan belajar keterampilan seperti keselamatan dan keamanan di internet. Mereka berpartisipasi dalam protes anti-Cina dan pro-lingkungan, dan dalam kegiatan kemanusiaan seperti membantu korban bencana alam dan veteran disabilitas. Persaudaraan untuk Demokrasi memberikan bantuan hukum kepada para aktivis yang ditangkap dan didakwa karena kegiatan pro-demokrasi mereka dan menandatangani petisi yang menyerukan demokrasi dan hak asasi manusia di Vietnam. Mereka juga mengunjungi keluarga para tahanan dan narapidana politik untuk menunjukkan solidaritas.
Keenam aktivis telah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan hak asasi manusia, termasuk berkampanye untuk para korban, mengajarkan standar-standar hak asasi manusia, mengadvokasi kebebasan beragama, dan mendukung tahanan politik dan keluarga mereka. Nguyen Bac Truyen, Nguyen Trung Ton, Pham Van Troi, dan Truong Minh Duc bergabung dengan kelompok sosial sipil lainnya untuk berkampanye melawan Formosa, sebuah perusahaan baja asal Taiwan yang membuang limbah beracun ke laut dan menyebabkan bencana laut besar-besaran di sepanjang pantai Vietnam bagian tengah.
Polisi menangkap Nguyen Van Dai dan Le Thu Ha pada Desember 2015 dan mendakwa mereka dengan tuduhan melakukan propaganda melawan negara berdasarkan pasal 88 hukum pidana. Keduanya ditahan selama hampir 20 bulan tanpa akses ke penasihat hukum. Pada Juli 2017, polisi mengubah dakwaan bagi mereka menjadi “melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan rakyat” berdasarkan pasal 79 hukum pidana. Empat lainnya ditangkap pada Juli 2017 dengan tuduhan yang sama.
Kecuali Le Thu Ha, lima terdakwa lain sebelumnya pernah menjalani hukuman penjara karena aktivitas pro-demokrasi dan hak asasi manusia yang mereka lakukan secara damai.
Menurut situs Quang Binh Online, juru bicara partai komunis cabang Provinsi Quang Binh, “memanfaatkan insiden lingkungan maritim di pantai tengah pada April 2016, bersama dengan kekuatan musuh dan elemen reaksioner lainnya, Persaudaraan untuk Demokrasi berjuang untuk mempropagandakan, mendistorsi, membangkitkan dan menghasut masyarakat untuk berpartisipasi dalam protes atas nama ‘keadilan,’ ‘kebebasan,’ ‘demokrasi,’ dan ‘berjalan kaki dan berunjuk rasa untuk lingkungan.’ Mereka mencoba untuk menaikkan dan mempertajam isu-isu sensitif yang mendapat perhatian opini publik; menyebabkan gangguan, keraguan dan ketidakpuasan di antara masyarakat. Insiden lingkungan yang tercemar itu secara tidak langsung menjadi ‘sebuah kesempatan’ dan ‘sebuah alasan’ bagi mereka untuk mengeksploitasi dan meningkatkan keributan untuk mempengaruhi opini publik baik di dalam maupun di luar negeri, [membuat orang] salah memahami kebijakan dan pedoman Partai dan Negara, dan jalannya pembangunan sosio-ekonomi daerah setempat.”
Sejak bencana lingkungan Formosa pada April 2016, digelar sejumlah unjuk rasa di Vietnam untuk menuntut lingkungan bersih dan kompensasi yang adil bagi para korban yang kehilangan mata pencaharian mereka. Pihak berwenang Vietnam menanggapinya dengan penangkapan dan pemenjaraan para aktivis yang berunjuk rasa, termasuk Nguyen Ngoc Nhu Quynh, Tran Thi Nga, Ho Van Hai, Tran Hoang Phuc, Hoang Duc Binh, Nguyen Van Hoa, dan banyak lainnya.
“Bukan sebuah kebetulan bahwa persidangan atas enam aktivis ini direncanakan pada peringatan dua tahun bencana lingkungan Formosa,” kata Adams. "Daripada membungkam kritik, pemerintah Vietnam seharusnya memerintahkan penilaian dari luar yang tidak memihak atas upaya bersih-bersih mereka dan berhubungan langsung dengan warga di daerah yang terkena bencana untuk memberikan ganti rugi yang adil dan transparan atas kerugian mereka.”
Nguyen Van Dai
Nguyen Van Dai, 48, adalah seorang pengacara HAM yang mendukung pembentukan banyak kelompok HAM pada 2006, termasuk
Vietnam Independent Union, Blok 8406 yang pro-demokrasi, dan Komite Hak Asasi Manusia di Vietnam. Ia terlibat dalam sebagian besar pembelaan hukum untuk gereja-gereja Protestan yang diperangi, termasuk kasus pendeta Menonit dan mantan tahanan politik Nguyen Hong Quang. Ia telah menulis sejumlah artikel tentang demokrasi dan kebebasan pers. Ia juga membuka kelas informal di kantor hukumnya untuk pelajar yang ingin belajar tentang hak asasi manusia.
Karena kegiatannya, Nguyen Van Dai telah menjadi sasaran berbagai macam gangguan, intimidasi, interogasi, tahanan rumah, penahanan, penyerangan fisik, dan pemenjaraan. Ia dipecat dan ditangkap pada Maret 2007 karena “melakukan propaganda melawan negara” berdasarkan pasal 88 hukum pidana. Pada Mei 2007, ia dinyatakan bersalah serta dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Pada November 2007, pengadilan banding mengurangi masa hukumannya menjadi empat tahun.
Setelah menyelesaikan hukuman penjara, Nguyen Van Dai kembali melanjutkan aktivitas memperjuangkan HAM. Pada April 2013, ia turut mendirikan kelompok yang disebut Persaudaraan untuk Demokrasi, dengan tujuan “untuk membela HAM yang diakui oleh Konstitusi Vietnam dan konvensi internasional” dan“untuk mempromosikan berdirinya masyarakat Vietnam yang demokratis, progresif, beradab dan adil.”
Pada Mei 2014, ketika berada di sebuah kafe di Hanoi bersama dengan beberapa aktivis HAM, sekelompok lelaki muncul, melemparkan gelas kepadanya, lantas memukulinya. Pada Januari dan Maret 2015, sekelompok orang menyerang rumahnya dan mencoba mendobrak pintu. Pada awal Desember 2015, Nguyen Van Dai memberi ceramah tentang HAM yang diabadikan dalam Konstitusi Vietnam, diikuti dengan diskusi terbuka di Gereja Paroki Van Loc di Distrik Nam Dan, Provinsi Nghe An. Sore harinya, ia berangkat ke Hanoi, ditemani oleh tiga rekan aktivis. Taksi mereka dihentikan oleh belasan orang berpakaian sipil dan memakai masker. Nguyen Van Dai mengatakan kepada reporter Radio Free Asia bahwa orang-orang itu menyeretnya keluar dari taksi, memukuli paha dan bahunya dengan tongkat kayu, kemudian menyeretnya ke mobil mereka di mana pemukulan terus berlanjut. Para pelaku akhirnya melepaskan jaket dan sepatunya dan meninggalkan ia di pantai. Tiga aktivis lainnya juga dipukuli dengan brutal oleh kelompok lain. Sepuluh hari setelah serangan itu, polisi menangkap Nguyen Van Dai ketika ia dalam perjalanan untuk bertemu dengan delegasi Uni Eropa di Vietnam untuk dialog hak asasi manusia tahunan.
Nguyen Van Dai didakwa melakukan propaganda melawan negara dan ditahan di kantor polisi selama 19 setengah bulan tanpa akses ke pengacara atau penasihat hukum. Pada Juli 2017, polisi mengubah dakwaan menjadi melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan rakyat berdasarkan pasal 79 hukum pidana.
Nguyen Van Dai dianugerahi hibah kebebasan berekspresi Hellman/Hammett pada tahun 2007, penghargaan Hak Asasi Manusia Vietnam oleh Jaringan Hak Asasi Manusia Vietnam tahun 2007, dan Penghargaan Hak Asasi Manusia oleh Asosiasi Hakim Jerman tahun 2017.
Truong Minh Duc
Truong Minh Duc, 58, adalah seorang jurnalis yang menulis dan menerbitkan karyanya di berbagai surat kabar utama di Vietnam, termasuk Pelopor (Tien phong), Pemuda (Thanh nien), Hukum (Phap luat), dan Kien Giang (surat kabar di kota kelahirannya). Tulisannya mengungkap korupsi dan pelanggaran yang dilakukan otoritas lokal yang terlibat dalam kepemilikan tanah. Ia mengajak masyarakat untuk membantu mereka yang berada dalam situasi sulit. Pada 2006, ia bergabung dengan Blok 8406 yang pro-demokrasi dan Partai Populis, yang “bertujuan untuk berpartisipasi dalam perjuangan guna memajukan proses demokrasi sosial dan membangun Vietnam baru dengan perdamaian, kebebasan, kemakmuran dan kemajuan.”
Truong Minh Duc ditangkap pada Mei 2007 dan dituduh “menyalahgunakan hak atas demokrasi dan kebebasan untuk melanggar kepentingan negara” berdasarkan pasal 258 hukum pidana. Ia divonis dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Setelah menyelesaikan masa hukumannya pada Mei 2012, Truong Minh Duc kembali menulis tentang masalah hak asasi manusia. Ia membela sesama tahanan hati nurani yang terus menghadapi pelecehan di penjara hanya karena mereka menolak untuk menyatakan penyesalan. Ia bergabung dengan Federasi Buruh Vietnam Merdeka (Lao dong Viet) dari tahun 2014-2016 dan Gerakan Buruh Vietnam (Phong trao Lao dong Viet) pada 2016 untuk mengkampanyekan hak-hak pekerja. Ia juga merupakan anggota Mantan Tahanan Hati Nurani Vietnam (Hoi Cuu Tu nhan Luong tam Viet Nam), dan Persaudaraan untuk Demokrasi, yang didirikan pada 2013 “untuk membela hak asasi manusia yang diakui oleh Konstitusi Vietnam dan konvensi internasional” dan “untuk mempromosikan berdirinya masyarakat Vietnam yang demokratis, progresif, beradab dan adil.” Ia berkampanye melawan Formosa, sebuah perusahaan baja Taiwan yang membuang limbah beracun ke laut dan menyebabkan bencana laut besar-besaran di sepanjang pantai Vietnam bagian tengah.
Karena kegiatan membela hak asasi manusianya, Truong Minh Duc mengalami pelecehan, intimidasi, tahanan rumah, interogasi, dan penyerangan fisik. Pada September 2014, ketika Truong Minh Duc dengan tiga aktivis lainnya sedang dalam perjalanan menuju ke Kementerian Keamanan Publik di Hanoi, untuk menanyakan tentang larangan perjalanan juru kampanye hak-hak buruh Do Thi Minh Hanh ke luar negeri, sekelompok lelaki berpakaian sipil menyerang dan memukulinya hingga pingsan. Pada November 2014, ia dipukuli secara brutal oleh delapan pria, yang salah satunya ia identifikasi sebagai seorang polisi bernama Hoa, yang menginterogasi dan memukulinya dua bulan sebelumnya di kantor polisi My Phuoc, Distrik Ben Cat (Provinsi Binh Duong ). Pada November 2015, polisi Provinsi Dong Nai menahan dan menyerang Truong Minh Duc dan aktivis buruh Do Thi Minh Hanh karena membantu para pekerja di Perusahaan Yupoong menggunakan hak mereka.
Pada Juli 2017, polisi menangkap Truong Minh Duc dan menuduhnya melakukan kegiatan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan rakyat berdasarkan pasal 79 hukum pidana.
Truong Minh Duc dianugerahi hibah kebebasan berekspresi Hellman/Hammett pada 2013 dan penghargaan Hak Asasi Manusia Vietnam dari Jaringan Hak Asasi Manusia Vietnam pada 2010.
Nguyen Trung Ton
Nguyen Trung Ton, 46, adalah seorang pendeta Protestan independen dan blogger yang memfokuskan tulisan-tulisannya pada kurangnya kebebasan beragama dan masalah hak asasi lain di Vietnam. Ia telah menulis tentang pengambilalihan lahan di daerah setempat dan korupsi yang telah membuat banyak petani kehilangan lahan. Ia mengkritik pengeluaran pemerintah menggunakan uang pajak untuk mengadakan festival, bukannya membangun infrastruktur, sekolah, atau membantu orang miskin. Ia mendukung sesama aktivis agama termasuk pemimpin Buddha Hoa Hao independen Le Quang Liem dan pastor Menonit Duong Kim Khai. Nguyen Trung Ton telah menulis tentang gangguan dan serangan polisi terhadap ia dan keluarganya.
Nguyen Trung Ton telah mengalami gangguan, intimidasi, penahanan rumah, interogasi, dan penyerangan fisik dalam berbagai kesempatan. Pada Mei 2003, orang-orang berpakaian sipil menyerang rumahnya, yang ia sudah ubah menjadi gereja rumah. Pada Juni 2006, ia dipanggil oleh polisi setelah menghadiri kebaktian di gereja dan diserang selama interogasi. Pada Agustus 2009, selama sesi doa independen di sebuah rumah pribadi, sekelompok orang berpakaian sipil bersama pejabat setempat menyerang dan memukuli keluarga Nguyen Trung Ton dan sesame aktivis agama lainnya. Pada Juni 2010, putranya yang masih remaja, Nguyen Trung Trong Nghia, dipukuli dalam perjalanan ke sekolah oleh lima lelaki tak dikenal setelah ayahnya membeberkan perlakuan kejam polisi.
Nguyen Trung Ton ditangkap pada Januari 2011 karena melakukan propaganda melawan negara dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Setelah menyelesaikan masa hukumannya pada Januari 2013, Nguyen Trung Ton segera melanjutkan kampanye hak asasi manusia dan demokrasinya. Ia menulis sebuah memoar penjara yang diterbitkan dalam Dan Lam Bao (Jurnalisme Warga). Ia mendorong agar para tahanan politik dibebaskan. Ia bergabung dengan Mantan Tahanan Hati Nurani Vietnam (Hoi Cuu Tu nhan Luong tam Viet Nam) dan Persaudaraan untuk Demokrasi, yang didirikan pada 2013 “untuk membela hak asasi manusia yang diakui oleh Konstitusi Vietnam dan konvensi internasional” dan “untuk mempromosikan berdirinya masyarakat Vietnam yang demokratis, progresif, beradab dan adil.” Ia berkampanye melawan Formosa, sebuah perusahaan baja Taiwan yang membuang limbah beracun ke laut dan menyebabkan bencana laut besar-besaran di sepanjang pantai Vietnam bagian tengah.
Pada Februari 2017, Nguyen Trung Ton dan seorang teman naik bus dari daerah Quang Thing, Provinsi Thanh Hoa ke kota Ba Don, Provinsi Quang Binh. Saat tiba, sekitar tujuh atau delapan pemuda berpakaian sipil menyeret mereka ke dalam sebuah van, mengambil barang-barang mereka, menanggalkan pakaian mereka, menutupi kepala mereka dengan jaket, dan memukul mereka berulang kali dengan tabung-tabung besi. Para pelaku kemudian menelantarkan Nguyen Trung Ton dan temannya di sebuah hutan sepi di Provinsi Ha Tinh. Nguyen Trung Ton terluka parah dan harus menjalani operasi di rumah sakit setempat.
Pada Juli 2017, polisi menangkap Nguyen Trung Ton dan mendakwanya karena melakukan kegiatan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan rakyat berdasarkan pasal 79 hukum pidana.
Nguyen Trung Ton dianugerahi hibah kebebasan berekspresi Hellman/Hammett pada 2013.
Pham Van Troi
Pham Van Troi, 46, adalah seorang blogger yang menggunakan berbagai nama pena untuk menulis tentang HAM, demokrasi, hak atas tanah, kebebasan beragama, dan sengketa wilayah antara Cina dan Vietnam. Ia pernah menjadi anggota aktif Komite Hak Asasi Manusia di Vietnam, satu-satunya organisasi hak asasi manusia yang pernah beroperasi di Vietnam, sampai semua pemimpinnya ditangkap. Ia juga menulis untuk buletin penentang To Quoc (Tanah Air). Sejak 2006, ia telah menghadapi banyak kasus pelecehan, tahanan rumah, serangan fisik, dan interogasi.
Polisi menangkap Pham Van Troi pada September 2008 dan mendakwanya melakukan propaganda melawan negara berdasarkan pasal 88 hukum pidana. Pada Mei 2009, Kelompok Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Penahanan Sewenang-wenang menetapkan bahwa Pham Van Troi telah ditahan secara tidak sah. Meskipun ada kesimpulan itu, pada Oktober 2009 dia dijatuhi hukuman hingga empat tahun penjara.
Menurut surat dakwaan seperti yang dilaporkan media pemerintah, Pham Van Troi menulis, “Penghianatan terhadap kebijakan keamanan Negara dan Partai Komunis Vietnam” pada November 2006 dengan isi yang mengubah kebenaran dan memfitnah Negara sebagai penindas demokrasi. Selain itu, Troi melakukan wawancara melalui telepon dan memfitnah bahwa polisi dan massa menekan dan memukulinya.”
Setelah menyelesaikan masa hukumannya pada September 2012, Pham Van Troi segera melanjutkan kampanyenya untuk HAM dan demokrasi. Pada April 2013, ia membantu mendirikan kelompok yang disebut Persaudaraan untuk Demokrasi “untuk membela hak asasi manusia yang diakui oleh Konstitusi Vietnam dan konvensi internasional” dan “untuk mempromosikan berdirinya masyarakat Vietnam yang demokratis, progresif, beradab dan adil.” Ia mendorong tahanan dan narapidana politik termasuk Tran Anh Kim dan Nguyen Van Dai untuk dibebaskan. Ia berkampanye melawan Formosa, sebuah perusahaan baja Taiwan yang membuang limbah beracun ke laut dan menyebabkan bencana laut besar-besaran di sepanjang pantai Vietnam bagian tengah.
Pham Van Troi ditempatkan di bawah pengawasan yang menggangu. Para aktivis dan mantan tahanan politik yang mengunjunginya dilecehkan, ditahan, dan dipukuli. Pada Desember 2016, sejumlah laki-laki berpakaian sipil melemparkan batu ke rumahnya dan merusak jendelanya.
Polisi menangkap Pham Van Troi pada Juli 2017 dan mendakwanya karena melakukan kegiatan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan rakyat berdasarkan pasal 79 hukum pidana.
Ia dianugerahi hibah kebebasan berekspresi Hellman/Hammett pada 2010.
Nguyen Bac Truyen
Nguyen Bac Truyen, 50, adalah seorang pengusaha yang mulai berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan pada awal tahun 2000an. Ia memberikan bantuan kepada korban bencana nasional, yatim piatu, pun anak-anak di daerah terpencil. Perusahaannya yang pertama di Vietnam mengadopsi kebijakan cuti ayah. Ia juga menulis tentang penindasan, ketidakadilan, dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah dan menerbitkannya di situs-situs berita luar negeri. Pada 2005, ia bergabung dengan Partai Demokratik Rakyat (Dang Dan chu Nhan dan) yang baru didirikan untuk mengkampanyekan kemajemukan politik di Vietnam.
Nguyen Bac Truyen ditangkap pada November 2006 berdasarkan pasal 88 hukum pidana karena melakukan propaganda melawan negara. Menurut dakwaan seperti yang dilaporkan oleh media pemerintah, sebelum KTT APEC ke-14 (pada November 2006), ia “menyebarkan selebaran, mengumpulkan orang-orang untuk melakukan unjuk rasa, dan menulis surat untuk menuntut pertemuan dengan presiden Amerika saat kunjungannya ke Kota Ho Chi Minh.” Pada bulan Mei 2007, Pengadilan Rakyat Kota Ho Chi Minh menjatuhkan vonis empat tahun penjara bagi Nguyen Bac Truyen. Pada Agustus 2007, Mahkamah Agung Rakyat mengurangi hukumannya menjadi tiga tahun dan enam bulan penjara.
Sejak dibebaskan pada Mei 2010, Nguyen Bac Truyen mulai menerbitkan tulisan tentang rekan-rekan tahanan politiknya dan kesulitan serta diskriminasi yang dihadapi mantan tahanan politik. Ia telah menjadi anggota Asosiasi Tahanan Politik dan Religius Vietnam (Hoi Ai huu Tu nhan Chinh tri va Ton giao Viet Nam), yang memberikan dukungan kepada para tahanan dan keluarga mereka. Ia menerima permintaan wawancara dengan Radio Free Asia dan BBC tentang pengalamannya di penjara dan menyusun daftar terperinci tahanan politik di Vietnam untuk organisasi hak asasi manusia internasional. Nguyen Bac Truyen mendukung pengikut Buddha Hoa Hao independen yang mengalami penindasan hanya karena mereka tidak bergabung dengan gereja yang didukung negara. Ia berkolaborasi dengan gereja Redemptorist di Kota Ho Chi Minh untuk melakukan kegiatan kemanusiaan bagi veteran disabilitas yang berjuang untuk pasukan selatan sebelum 1975. Ia berkampanye melawan Formosa, sebuah perusahaan baja Taiwan yang membuang limbah beracun ke laut dan menyebabkan bencana laut besar-besaran di sepanjang pantai Vietnam bagian tengah.
Karena kegiatan membela hak asasi ini, Nguyen Bac Truyen mengalami pelecehan, intimidasi, pengawasan yang mengganggu, interogasi, dan penyerangan fisik dalam berbagai kesempatan. Pada Agustus 2010, polisi di Kota Ho Chi Minh menahan dan menanyai ia setelah ia secara terbuka meminta politbiro Vietnam untuk membebaskan tahanan politik dan agama. Pada Februari 2014, sekelompok rekan aktivis pergi mengunjungi Nguyen Bac Truyen dan istrinya Bui Thi Kim Phuong di Distrik Lap Vo, Provinsi Dong Thap. Polisi lalu lintas dan sekelompok orang berpakaian sipil menghentikan kelompok ini dan menyerang mereka. Tiga aktivis ditangkap dan dituduh “mengganggu ketertiban umum” dan dijatuhi hukuman penjara. Dua pekan kemudian, Nguyen Bac Truyen pergi ke Hanoi untuk bertemu dengan diplomat asing untuk berkampanye bagi mereka yang ditangkap. Dalam perjalanan ke kedutaan Australia di Hanoi, sekelompok pria berpakaian sipil menyerangnya dan mematahkan hidungnya. Pada September 2016, Nguyen Bac Truyen dan istrinya sedang dalam perjalanan pulang ketika sekelompok lelaki berpakaian sipil menyerang mereka dan menggunakan helm untuk memukuli mereka.
Polisi menangkap Nguyen Bac Truyen pada Juli 2017 dan mendakwanya melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan rakyat berdasarkan pasal 79 hukum pidana.
Nguyen Bac Truyen dianugerahi hibah kebebasan berekspresi Hellman/Hammett pada 2011 dan penghargaan Hak Asasi Manusia Vietnam dari Jaringan Hak Asasi Manusia Vietnam pada 2014.
Le Thu Ha
Le Thu Ha, 36, tertarik pada HAM dan masalah sosial ketika ia masih mahasiswa. Setelah lulus kuliah, ia menjadi guru bahasa Inggris dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat sipil. Pada 2013, ia bergabung dengan kelompok Persaudaraan untuk Demokrasi “untuk membela hak asasi manusia yang diakui oleh Konstitusi Vietnam dan konvensi internasional” dan “untuk mempromosikan berdirinya masyarakat Vietnam yang demokratis, progresif, beradab dan adil.” Ia membantu menerjemahkan laporan pelanggaran HAM ke dalam bahasa Inggris untuk kelompok itu. Ia berpartisipasi dalam protes pro-lingkungan terkait penebangan pohon besar-besaran di Hanoi pada Maret 2015. Ia bergabung dengan sekelompok kecil aktivis untuk menyiarkan berita tentang pelanggaran hak asasi manusia di saluran YouTube yang disebut “Televisi Hati Nurani” (Luong tam TV), didirikan pada Agustus 2015 oleh Persaudaraan untuk Demokrasi dan Mantan Tahanan Hati Nurani Vietnam. Ia menyerukan pencabutan hukum pidana pasal 258 yang menghukum aktivis damai karena “menyalahgunakan hak atas demokrasi dan kebebasan untuk melanggar kepentingan negara.” Le Thu Ha juga pergi ke pengadilan selama persidangan aktivis politik untuk menunjukkan solidaritas.
Pada April 2015, polisi melarang Le Thu Ha meninggalkan Vietnam untuk menghadiri konferensi hak asasi manusia di Swedia. Pada September 2015, ia ditahan dan diinterogasi karena berpartisipasi dalam “Televisi Hati Nurani.”