Skip to main content

Pilihan Keji: Bagaimana Peraturan Gag Global Trump Merugikan Perjuangan Melawan HIV

Published in: Women's eNews

Pamela berumur 13 tahun saat kedua orangtuanya meninggal pada tahun 1990-an, saat wabah AIDS mengakibatkan banyak korban jiwa di Afrika Timur. Ia menjadi pekerja seks untuk makan dan menghidupi ketiga adiknya. Saat ia hamil, tak ada pilihan lain kecuali menjalani aborsi. Hampir di seluruh instansi kesehatan di Uganda, aborsi adalah praktik ilegal. Ia hampir terbunuh saat menjalani prosedur kedua dari tiga rentetan aborsi tak resmi itu.

Kini Pamela [bukan nama sebenarnya] berusia 24 tahun. Ia bekerja bagi organisasi pekerja seks yang memperjuangkan hak asasi perempuan, hak pekerja seks, dan akses untuk obat antiretroviral serta layanan kesehatan lain yang bisa menyelamatkan anggota organisasinya. Selain mendapatkan penghasilan, ia pun mendapat kepuasan karena mampu menambahkan pilihan-pilihan bagi para perempuan, dan meminimalisasi risiko dari bahaya yang ia temui dari pengalaman pribadinya.

“Saya meminum rebusan bubuk pembersih, pemutih dan beberapa rempah dari seorang dukun. Badan saya terasa sakit dan mengeluarkan banyak darah,” papar Pamela soal aborsi keduanya. “Kemudian saya harus kembali bekerja dalam kondisi demikian, karena saya harus membayar si dukun.” Pamela mengenal banyak pekerja seks lain yang mengalami cedera parah dan beberapa meninggal dunia karena prosedur aborsi yang tidak aman. Kepada saya ia mengatakan, ingin agar cedera parah dan kematian perempuan miskin yang diakibatkan prosedur tersebut bisa berakhir.

Namun usahanya kini dihalangi oleh Kebijakan Kota Meksiko —yang juga dikenal dengan istilah Peraturan Gag Global. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjalankan kebijakan Partai Republik tersebut, yang sudah dilaksanakan setiap pemerintahan Republik sejak tahun 1984. Peraturan ini menyasar penyedia jasa aborsi, dengan mensyaratkan badan asing non-pemerintah yang menerima bantuan kesehatan global dari AS untuk menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan dana mereka sendiri atau yang tidak berasal dari AS untuk menyediakan jasa aborsi, membimbing pasien tentang layanan aborsi, menganjurkan pasien menjalani aborsi, atau mendukung pelonggaran peraturan aborsi. Kecuali untuk kasus pemerkosaan, inses, atau untuk menyelamatkan nyawa sang perempuan.

Dulu, Peraturan Gag Global diterapkan ke dalam dana perencanaan keluarga, yang diperkirakan berjumlah 575 juta USD. Trump memperbesar dana tersebut hingga diperkirakan mencapai 8.8 milyar USD di sektor bantuan kesehatan global AS, termasuk pencairan dana senilai lebih dari 5 miliar USD dari Rencana Darurat Bantuan Presiden Untuk AIDS (President’s Emergency Plan for AIDS Relief - PEPFAR).

PEPFAR, sebuah inisiatif non-partisan, sudah berkontribusi secara signifikan pada pencegahan dan perawatan HIV di Afrika bagian sub-Sahara, dan banyak negara, termasuk Kenya dan Uganda, sangat bergantung pada dana bantuan ini.

Organisasi tempat Pamela bekerja bergantung pada dana PEPFAR untuk menjaga kantor mereka tetap aktif. Strategi utama PEPFAR adalah mendukung kelompok “populasi kunci” — kelompok berisiko tinggi mengidap HIV seperti pekerja seks, pengguna narkotika suntik, dan laki-laki yang berhubungan seks sesama jenis.

Saat saya menemui Kyomya Macklean, pengurus organisasi pekerja seks Uganda Aliansi Perempuan Penggerak Perubahan (Alliance for Women Advocating for Change - AWAC), ia berkata; “Bagaimana, apakah kita harus menandatangani ini atau tidak? Satu dari tiga pekerja seks di Uganda positif mengidap HIV. Kami butuh dana ini untuk menjalankan program yang melindungi mereka dari HIV dan memberikan mereka obat … Sejauh ini pemerintah AS adalah penyumbang dana terbesar untuk HIV/AIDS.”

Namun AWAC selama ini telah mendorong agar Uganda melonggarkan aturan aborsi yang sangat ketat ini dan meningkatkan kesadaran akan aborsi yang tidak aman. Termasuk berbagi informasi dengan para perempuan tentang di mana dan bagaimana mereka bisa mengakses layanan aborsi yang lebih aman, kegiatan ini dilarang oleh Peraturan Gag Global. “Kami terus menerus menyaksikan perempuan dan anak gadis sekarat atau cedera parah karena aborsi oleh dukun. Kami harus melawan dua isu ini karena dua-duanya adalah pembunuh perempuan,” imbuh Macklean.

Namun ia harus memilih.

Situs resmi PEPFAR mengutamakan dukungan program ini terhadap hak pekerja seks untuk melawan stigma dan diskriminasi. Walau demikian, Peraturan Gag Global secara langsung melemahkan usaha PEPFAR untuk memajukan hak asasi manusia.

Penina Mwangi menjalankan Bar Hostess, sebuah organisasi pekerja seks yang punya antara 15 ribu dan 20 ribu anggota yang bisa mereka hubungkan dengan layanan yang menggunakan dana PEPFAR. “Kami harus menandatangani Peraturan Gag Global, jika tidak maka kami akan kehilangan sejumlah besar dana pembiayaan,” katanya. “Namun hal ini sulit dilakukan di [saat] beberapa anak gadis dan perempuan sekarat di perkampungan kumuh… dua hingga lima perempuan meninggal setiap tahunnya karena aborsi yang tidak aman.”

Masih terlalu dini untuk mengukur jangkauan dan dampak dari Peraturan Gag Global terhadap keberhasilan PEPFAR. Akan tetapi, pesan yang bergema dari penelitian saya mengungkapkan bahwa kebijakan ini menyabotase kepercayaan “populasi kunci,” aspek penting untuk mengakhiri wabah ini. Organisasi pekerja seks mengkhawatirkan reaksi negatif terhadap kesehatan anggota mereka dan menyesalkan pilihan keji yang harus mereka tempuh.

Mengingat Gedung Putih tidak akan membatalkan, atau bahkan mengubah, kebijakan kejam ini, ini saatnya Kongres bertindak. Anggota dari dua partai yang khawatir seharusnya mulai mengerjakan pencabutan permanen, walaupun undang-undang seperti ini tidak akan disahkan dalam waktu dekat. Memulai proses ini dari sekarang berarti menyiapkan hingga datang waktu yang tepat.

Sementara itu, PEPFAR seharusnya mengawasi secara ketat dampak dari Peraturan Gag Global ini dengan berkonsultasi intensif dengan berbagai pihak dan organisasi rekanan. Mereka sepatutnya menyelidiki dampak dari pembatasan ini terhadap keberhasilan program PEPFAR untuk menciptakan “generasi bebas AIDS,” hingga ke implementasi “praktik terbaik” dalam jasa kesehatan berbasis bukti, dan martabat serta keselamatan orang-orang yang mereka bantu.

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country