Skip to main content

Kegagalan Luar Biasa dari Upaya Mengatasi Obat-Obatan Ilegal

Laporan Baru Mengatakan Produksi dan Penggunaan Narkoba Meningkat

Jarum suntik yang digunakan untuk menyuntikkan heroin yang mengandung opium.  © Chaiwat Subprasom / Reuters
Seiring kita mendekati tahun 2019 - tahun yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa satu dekade lalu sebagai tanggal target untuk “menghapus atau mengurangi secara signifikan dan terukur” pasar obat-obatan ilegal - Konsorsium Kebijakan Obat-Obatan Internasional, sebuah koalisi global berisi 170 organisasi nonpemerintah yang fokus pada masalah kebijakan narkoba, berpendapat bahwa tujuan ini telah “luput secara spektakuler.”

Laporan Konsorsium, yang mengambil data dari sumber-sumber pemerintah dan nonpemerintah, memberikan evaluasi komprehensif tentang strategi 10 tahun narkoba PBB dan diakhiri dengan desakan agar negara-negara anggota PBB untuk melakukan penilaian strategi mereka sendiri secara jujur dan menyeluruh, sesuatu yang belum pernah terjadi sejauh ini.

Menurut data PBB yang dianalisis dalam laporan itu, penanaman ilegal opium poppy dan daun koka meningkat masing-masing 130 dan 34 persen antara 2009 hingga 2018; jumlah remaja dan orang dewasa yang pernah menggunakan narkoba setidaknya sekali pada tahun 2016 meningkat sebesar 31 persen dibandingkan dengan 2011; dan kematian terkait narkoba meningkat 145 persen dari 2011 hingga 2015. Sementara itu, pasar narkoba global terus berkembang dengan omzet tahunan yang diperkirakan mencapai US$ 426 miliar hingga US$ 652 miliar. Lebih dari separuh laba kotor dari perdagangan narkoba ini dicuci, di mana penegakan hukum hanya menyita kurang dari satu persen dari uang tersebut.

Kebijakan-kebijakan terkait narkoba yang terlalu menghukum telah memperburuk kekerasan di negara-negara seperti Afghanistan, Kolombia, dan Meksiko, kata laporan itu, yang mengakibatkan kematian yang tak terhitung jumlahnya, penghilangan paksa, dan orang-orang mengungsi.

Data PBB menunjukkan bahwa satu dari lima tahanan di seluruh dunia berada di balik jeruji karena pelanggaran narkoba, mayoritas atas kepemilikan narkoba belaka. Di beberapa negara, sebanyak 80 persen perempuan di penjara karena pelanggaran narkoba.

Angka HIV, hepatitis C, dan infeksi tuberkulosis di antara orang-orang yang menggunakan narkoba jauh lebih tinggi daripada di kalangan masyarakat umum, karena sebagian besar negara kekurangan layanan pencegahan dan kesehatan, atau orang-orang enggan menggunakan layanan kesehatan karena penggunaan narkoba dikriminalisasi.

Di Majelis Umum PBB, Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini menyerukan kepada negara-negara anggota untuk menandatangani dokumen yang mendukung “tindakan perang global melawan narkoba.” Enam puluh tiga negara tidak menandatangani, mengatakan dokumen itu terlalu sempit, tanpa fokus yang cukup pada kesehatan, HAM, dan hukuman yang sesuai.

Laporan ini merekomendasikan bahwa fokus strategi narkoba global berikutnya bukan pada menciptakan “dunia tanpa narkoba” tetapi pada peningkatan hasil kesehatan, kepatuhan pada norma-norma HAM, dan mempromosikan pembangunan, perdamaian dan keamanan.

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country