Skip to main content

Saya telah mendokumentasikan berbagai pelanggaran di perbatasan internasional selama lebih dari tiga dekade.

Baru tahun lalu, saya mewawancarai dan membuat laporan tentang para pencari suaka asal Afghanistan yang ditelanjangi oleh penjaga perbatasan Yunani di tengah musim dingin dan dipaksa masuk ke sungai yang berbatasan dengan Turki.

Saya berdiri di tepi dermaga di Port-au-Prince di mana personel Penjaga Pantai AS secara paksa menurunkan beberapa warga Haiti ke tangan orang-orang yang menganiaya mereka. Saya telah mencatat ratusan kesaksian saksi dan korban pemerasan, pemukulan dan pengusiran secara paksa oleh penjaga perbatasan di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.

Saya awalnya mengira takkan lagi bisa terkejut dan merasa ngeri dengan kesaksian macam itu, tetapi saya keliru.

Selama berbulan-bulan, atau bahkan lebih, para penjaga perbatasan Saudi telah secara sistematis menembaki dan membombardir sejumlah migran asal Ethiopia serta pencari suaka yang berusaha menyeberang dari Yaman di sepanjang perbatasan terpencil dan sulit dijangkau yang memisahkan kedua negara. Di antara para migran ini ada sejumlah besar perempuan dan anak-anak. Mereka tidak bersenjata. Ratusan, mungkin ribuan, telah terbunuh.

Video dan foto menggambarkan betapa mengerikannya serangan ini. Berbagai dokumentasi audiovisual itu memperlihatkan tumpukan mayat dalam sejumlah kontainer di sebuah rumah sakit di Yaman; daging yang terkoyak peluru, pecahan peluru dan bahan peledak; anggota badan yang diamputasi; kehidupan yang diakhiri secara brutal dan diubah selamanya, semua terdokumentasikan dalam kamera.

Baik Presiden Joe Biden maupun Donald Trump terbang ke Arab Saudi untuk beramah-tamah dengan para pemimpin negara itu. Bagi presiden AS dari partai manapun, hak asasi manusia tampaknya tidak lebih penting ketimbang urusan ekonomi dan keamanan ketika menyangkut Arab Saudi. Pada titik manakah aliran darah akan menjadi perhatian yang sebanding dengan aliran minyak?

Jumlah migran Ethiopia dan pencari suaka yang terbunuh di perbatasan ini tidak akan pernah diketahui. Laporan dari para penyintas menggambarkan ladang pembantaian yang mengerikan.

"Dari 150 orang [dalam kelompok saya], hanya tujuh orang yang selamat hari itu," kata salah satunya. "Ada mayat di sana-sini, berserakan di mana-mana."

Seorang penyintas lain mendatangi perbatasan Saudi untuk mengambil jenazah seorang gadis dari desanya. "Jasadnya ditumpuk di atas 20 jasad lain," katanya.

Penjaga perbatasan Saudi menggunakan senjata peledak tanpa pandang bulu dan menembak orang dari jarak dekat. Dalam beberapa kasus, penjaga perbatasan terlebih dahulu menanyakan korbannya ingin ditembak di bagian tubuh yang mana.

Antara Januari dan Juni, Human Rights Watch melakukan wawancara via telepon dengan 38 migran Ethiopia dan para pencari suaka yang berusaha menyeberangi perbatasan dari Yaman ke Arab Saudi antara Maret 2022 dan Juni tahun ini, serta empat teman dan kerabat dari mereka yang berupaya menyeberang.

Human Rights Watch juga menganalisis lebih dari 350 video dan foto yang diposting ke media sosial atau dikumpulkan dari sumber lain, dan beberapa ratus kilometer persegi citra satelit. Koleksi audivosual ini menunjukkan para migran yang tewas dan terluka di jalan setapak, di kamp-kamp dan di fasilitas-fasilitas medis, bagaimana lokasi pemakaman di dekat kamp-kamp migran semakin luas, infrastruktur keamanan perbatasan Saudi yang meluas, serta rute-rute yang saat ini digunakan oleh para migran untuk berusaha melintasi perbatasan.

Pembunuhan di perbatasan terjadi secara luas dan sistematis. Jika itu dilakukan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah Saudi untuk membunuh para migran, pembunuhan ini akan menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan.

Banyak orang Amerika yang mengetahui pembunuhan brutal dan mutilasi terhadap kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi oleh agen Saudi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018. Namun karena penembakan ini terjadi di daerah terpencil dan para korban tak mempunyai banyak pembela yang kuat, pembunuhan massal di perbatasan dengan Yaman ini hampir seluruhnya tidak dilaporkan.

Catatan hak asasi manusia Arab Saudi lainya sangatlah buruk. Pihak berwenang di negara tersebut terus mengincar, secara sewenang-wenang menahan, menyiksa dan memperlakukan dengan buruk para pembangkang politik, aktivis hak asasi manusia, pemimpin hak-hak perempuan, akademisi dan pemimpin agama. Pengadilan Saudi mengandalkan pengakuan yang mengandung unsur penyiksaan sebagai satu-satunya dasar untuk menjatuhkan hukuman.

Dalam satu hari saja, tepatnya 12 Maret 2022, Arab Saudi mengeksekusi 81 orang, 41 di antaranya berasal dari minoritas Muslim Syiah, yang telah lama mengalami diskriminasi sistemik. Dan Arab Saudi terus menghalangi upaya penegakan keadilan di Yaman, di mana serangan udara oleh koalisi yang dipimpinnya telah menewaskan dan melukai ribuan warga sipil sejak 2015.

Saya tidak ingin sedikitpun mengalihkan perhatian dari penolakan di perbatasan lain, termasuk perbatasan AS dengan Meksiko. Tetapi kekerasan terhadap migran tak bersenjata oleh Arab Saudi berada pada perintah di atas dan melampaui apa pun yang pernah saya lihat sebelumnya. Hal ini menuntut perhatian kita dan harus diprioritaskan dalam setiap kesepakatan dengan pemerintah Saudi. Respons yang kuat dan tidak ambigu sangatlah penting.

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.