Skip to main content

Presiden Duterte Akui Pembantaian dalam ‘Perang Melawan Narkoba’

Pengakuan Terbuka atas ‘Dosa’ Pembunuhan Tanpa Proses Hukum Jadi Bukti Bagi Penyelidikan ICC

Bahasa tubuh Presiden Filipina Rodrigo selama upacara serah terima jabatan di Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di Kamp Aguinaldo di Kota Quezon City, Metro Manila, Filipina, 18 April 2018.  © 2018 Reuters
Presiden Filipina Rodrigo Duterte melakukan sesuatu yang luar biasa minggu ini: Dia mengaku.

Dalam pidatonya tanggal 27 September, Duterte mengaku bersalah atas pembunuhan tanpa proses hukum: “Apa dosa saya? Apakah saya mencuri uang satu peso? Apakah saya menuntut seseorang yang saya perintahkan masuk penjara? Dosa saya adalah pembunuhan tanpa proses hukum.”

Pernyataan itu menguntungkan kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang sedang melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan “perang melawan narkoba” Duterte yang kejam. Perkiraan konservatif menunjukkan lebih dari 12.000 laki-laki, perempuan, dan anak-anak tewas dalam kampanye anti-narkoba sejak Duterte menjabat Juni 2016. Pengakuan Duterte juga dapat meningkatkan upaya negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berupaya menyelidiki pembunuhan tersebut.

Sejumlah pejabat pemerintah Filipina dengan cepat berusaha untuk menyanggah pernyataan Duterte. Dalam hitungan jam, juru bicara Duterte menggambarkannya sebagai “main-main” dan bersikeras bahwa “Saya tidak berpikir konteksnya adalah secara harfiah.” Dalam konferensi pers khusus yang disebut hari ini, Direktur Jenderal Polisi Nasional Filipina Oscar Albayalde menepis pernyataan presiden dan menyebutnya sebagai ekspresi “frustrasi” bukan pengakuan bersalah.

Pernyataan Duterte seharusnya tidak mengejutkan siapa pun yang mengikuti kariernya. Pada kampanye kampanye pemilihan pada Mei 2015, dia memperingatkan bahwa “Jika saya menjadi presiden, kalian [yang diduga penjahat] harus bersembunyi. Saya akan bunuh kalian semua yang membuat hidup masyarakat Filipina sengsara. Saya pasti akan bunuh kalian. Saya tidak ingin melakukan kejahatan ini. Tetapi jika kebetulan Tuhan menempatkan saya di sana, berjaga-jagalah karena 1.000 [orang yang tewas di Kota Davao] akan menjadi 100.000.”

Selama konferensi pers bulan Agustus 2016, Duterte berulang kali mengambil tanggung jawab pribadi atas kebijakan membunuh para tersangka narkoba: “Pembunuhan tanpa proses hukum? Saya akan menjelaskannya di depan umum untuk rilis internasional jika Anda mau. Untuk hal-hal yang sungguh terjadi selama operasi penjahat dan polisi - operasi memberi hukuman, tindakan polisi - saya bersedia menjawab semuanya. Saya bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi karena sayalah yang memerintahkan itu.”

Pengakuan ini seharusnya memacu upaya di dalam dan luar negeri untuk memastikan Duterte memang bertanggung jawab atas kematian dalam “perang melawan narkoba” yang telah dia mulai dan kobarkan.

 

 

 

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country