Skip to main content

Tiongkok: Janda Penerima Nobel Dibebaskan

Penyair Liu Xia, Setelah Hampir 8 Tahun Dalam Tahanan Rumah, Berangkat ke Jerman

Liu Xia, janda dari tokoh pembangkang politik penerima Penghargaan Nobel Perdamaian Liu Xiaobo, tersenyum saat tiba di Bandara Internasional Helsinki di Vantaa, Finlandia, 10 Juli 2018.  © 2018 Lehtikuva/Jussi Nukari via Reuters
(New York) – Pemerintah Tiongkok mengizinkan Liu Xia, janda dari tokoh pembangkang politik Liu Xiaobo, untuk naik pesawat menuju Jerman pagi hari pada 10 Juli 2018, hampir setahun sejak kematian suaminya, kata Human Rights Watch hari ini. Pemerintah Jerman menegosiasikan pembebasan Liu Xia, yang kesehatannya kian memburuk selama menjalani tahanan rumah delapan tahun terakhir.

“Sangat melegakan bahwa Liu Xia akhirnya bisa meninggalkan Tiongkok dan hidup bebas di luar negeri,” kata Sophie Richardson, direktur urusan Tionkok di Human Rights Watch. “Sejak mendiang suaminya menerima Penghargaan Nobel Perdamaian saat berada dalam penjara di Tiongkok, Liu Xia juga ditahan secara sewenang-wenang. Pemerintah Jerman patut mendapat apresiasi karena terus menerus menekan dan bekerja keras agar Liu Xia dibebaskan.”

Liu Xia (57 tahun) adalah seorang seniman, fotografer, dan penyair, yang tak pernah secara resmi dituduh melakukan kejahatan. Tetapi, sejak Oktober 2010, ketika Liu Xiaobo dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian, Liu Xia secara sewenang-wenang dikenai hukuman tahanan rumah. Sejak Liu Xiaobo dirawat di rumah sakit hingga meninggal pada 13 Juli 2017, Liu Xia dilarang berbicara dengan bebas kepada keluarga, teman-teman, maupun ke media.

Setahun terakhir sejak kematian suaminya, aparat terus menjaga ketat rumah Liu Xia, dan hanya mengizinkan segelintir teman dan anggota keluarga untuk berbicara kepadanya melalui telepon atau mengunjunginya. Liu Xia dilaporkan menderita depresi parah dan juga mengidap penyakit fisik, termasuk penyakit jantung. Pada April, ia berkata kepada seorang temannya dalam sebuah percakapan telepon yang mengharukan, “Jika saya tak bisa pergi, saya akan mati di rumah saya… Akan lebih mudah mati daripada hidup.”

Meski aparat mengizinkan Liu Xia meninggalkan Tiongkok, saudara laki-lakinya, Liu Hui, dilaporkan masih berada di Tiongkok. Menurut teman-teman Liu Xia, Liu Xia sebelumnya berharap bisa diizinkan meninggalkan Tiongkok bersama Liu Hui. Saudara laki-lakinya itu pada 2013 diadili atas tuduhan penipuan yang diragukan, meski kemudian ia dibebaskan bersyarat.

Pemerintah Tiongkok hingga kini belum mengambil langkah pertanggungjawaban atas kematian Liu Xiaobo atau penyakit yang diderita Liu Xia. Selama hampir delapan tahun Liu Xiaobo ditahan di penjara Liaoning, tak banyak yang diketahui tentang kondisi pemenjaraannya. Saat dirawat di rumah sakit, aparat mengawal Liu dengan ketat dan hanya membolehkan dua dokter independen berkebangsaan asing untuk memiliki akses terhadap Liu sepekan sebelum kematiannya. Setelah dokter memutuskan bahwa Liu “layak untuk bepergian,” pemerintah Tiongkok kembali menegaskan posisi mereka sebelumnya bahwa kondisi kesehatannya terlalu rentan untuk berobat ke luar negeri.

Sejak Presiden Xi Jinping menjabat pada Maret 2013, pemerintah Tiongkok kian memperketat kendali atas masyarakat dan memperluas kampanye menghadapi para aktivis independen, pengacara, dan pihak-pihak lain yang dianggap sebagai ancaman terhadap Partai Komunis Tiongkok. Aparat telah secara sewenang-wenang menahan orang yang tak terhitung jumlahnya atas pandangan atau pekerjaan yang mereka lakukan atau sampaikan secara damai. Sejumlah aktivis hak asasi manusia meninggal dalam tahanan atau tak lama setelah mereka dibebaskan. Rekam jejak hak asasi manusia Tiongkok yang memburuk juga dirasakan di luar negeri karena upayanya untuk melemahkan sejumlah institusi hak asasi manusia internasional.

Pembebasan Liu Xia dan kepergiannya dari Tiongkok menunjukkan bahwa tekanan internasional yang berkelanjutan bisa membawa kemajuan positif dalam hak asasi manusia di Tiongkok, menurut Human Rights Watch. Ada sejumlah peluang penting dalam beberapa bulan ke depan, termasuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa-Tiongkok dan KTT Asia-Eropa, di mana tekanan publik berkelanjutan seyogianya difokuskan pada para aktivis dan pengacara asal Tiongkok lain yang ditahan atau dipenjarakan secara sewenang-wenang.

“Pembebasan Liu Xia menunjukkan bahwa apabila pemerintah negara-negara yang bersangkutan mendorong cukup keras, Beijing akan menyerah,” ujar Richardson. “Tekanan masih diperlukan sehingga aparat tak lagi melecehkan para anggota keluarga Liu Xia di Tiongkok.” 

 

 

 

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country