Skip to main content

Mangga dan Hak Keselamatan dan Kesehatan Pekerja

Bagaimana Serikat Dapat Membantu Pekerja di Seluruh Dunia

Pekerja garmen turut serta dalam unjuk rasa May Day di Phnom Penh, Kamboja, 1 Mei 2017.  © 2017 Reuters
Mengidam mangga berujung sengketa perburuhan? Saya mendengar cerita ini ketika berbicara dengan para pekerja garmen di Kamboja.

Kabarnya, seorang pekerja garmen yang sedang hamil tertangkap basah menyelundupkan mangga ke dalam pabrik, sebuah pelanggaran terhadap larangan membawa makanan ke ruang produksi. Para rekan kerjanya kemudian berembuk untuk menyuarakan satu permintaan sederhana: sebuah ruang khusus untuk dijadikan tempat menyimpan dan menikmati camilan saat jam istirahat.

Saya tidak tahu apakah pada akhirnya permintaan tersebut dipenuhi. Yang saya tahu, kebutuhan serta kesehatan dan keselamatan para pekerja akan terpenuhi dengan lebih optimal jika mereka diberi ruang untuk menjalankan hak berserikat. Hal ini terlihat dalam kehidupan ratusan pekerja yang saya temui di Kamboja, Bangladesh, dan Burma, dan menjadi sesuatu yang perlu kita ingat pada Hari Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sedunia.

Saya ingat pernah bertemu seorang buruh di Kamboja yang menangis tersedu-sedu karena kesulitan memberi makan bayinya dengan upah yang tak seberapa. Tak ada serikat buruh di pabrik tempat ia bekerja. Sementara itu, di pabrik lain yang memiliki serikat buruh yang kuat, sejumlah perwakilan buruh berhasil menegosiasikan tunjangan “susu bubuk” bagi para pekerja yang mempunyai anak bayi.

Perwakilan para buruh mengajukan berbagai solusi kreatif dan maju pada perjanjian perundingan bersama, mulai dari tunjangan cuti sakit untuk perawatan kehamilan bagi para pekerja; konsep “rotasi” yang dirancang untuk menggantikan sementara para pekerja yang lelah atau sakit tanpa “menggangu” produksi; dan menyesuaikan jam kerja bagi para pekerja yang hamil agar mereka bisa pulang dengan nyaman sebelum transportasi padat di jam sibuk.

Sudah semestinya perusahaan apparel melakukan tinjauan risiko terhadap kebebasan berserikat di tiap tahapan rantai pasokan. Untuk melakukannya tidaklah cukup dengan mempekerjakan pemantau pihak ketiga. Mereka seharusnya menghitung serikat yang ada di tiap pabrik pemasok dan melihat apakah tiap cabang memiliki perjanjian perundingan bersama. Jika tidak ada, perusahaan seharusnya mencari tahu apakah para pekerja pernah diintimidasi atau ditekan oleh pihak pabrik untuk tidak berserikat.

Kini, makin banyak perusahaan pakaian yang menandatangani perjanjian kerja dengan sejumlah serikat pekerja global untuk mengangkat isu kebebasan berserikat. Ini merupakan langkah positif. Namun sikap transparan tetap perlu dijaga. Pendekatan yang diambil oleh Kesepakatan Bangladesh tentang Kebakaran dan Keselamatan Bangunan adalah salah satu yang patut dicontoh.

Semua perusahaan — termasuk mereka yang sudah menandatangani kesepakatan-kesepakatan serupa, seperti H&M, ASOS, Tchibo, dan Indetex, perusahaan induk Zara—wajib melaporkan berbagai langkah yang mereka ambil sehubungan dengan kebebasan berserikat secara terbuka dan membagikan praktik-praktik terbaik mereka.

Kebebasan berserikat dapat menjadi jembatan yang memungkinkan para pekerja untuk bukan cuma menikmati mangga, namun juga menikmati tempat kerja yang aman, sehat, dan layak. 

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.